Senin, 05 Mei 2008

Hati - hati dengan Doa !




Alkisah ada seorang fakir misikin yang hidup di gua modern alias kolong jembatan. Walaupun orang lain memandang sebelah mata menganggap ia adalah orang yang tersingkir dari kehidupan dunia, namun ternyata hari - harinya penuh dengan keceriaan yang khusyuk. Tiada kekayaan, kepandaian, kekuasaan, guru pembimbing hidup, bahkan teman atau saudara hingga akhirnya ia hanya merasa memiliki Tuhan. Ia begitu karib dengan Tuhannya sehingga terkesan aneh karena setiap ucapan, keluh kesah, dan kegembiraannya selalu ditujukan kepada Tuhan.

Orang yang tak tahu menganggapnya gila sebab ia selalu berkomunikasi tanpa lawan bicara. Pagi sore hidupnya diisi dengan berdoa, berdoa dan terus berdoa. Sehingga setiap ucapannya bagaikan doa. Apa yang keluar dari mulutnya telah mengandung bobot penjiwaan ruhaniah.

Namun inilah apesnya. Ia sering tak sadar kalau ucapnya adalah doa yang begitu manjur karena kondisinya memang benar-benar yatim secara sosial, fakir miskin dan terhasut tersingkir dari kegagahan peradaban modern yang hedonis individualis. Sebab kata Rasul ketiga hal ini adalah penyebab terkabulnya doa.

Suatu sore yang lepas, tiba - tiba hujan mulai turun rintik-rintik. Sang fakir mulai kebingungan. Ia berusaha melindungi gubuknya dengan plastik seadanya agar tak rusak terkena hujan. Namun apa daya hujan bertambah deras. Air itu mulai menyerang dengan dahsyat ke gubuknya. Akhirnya sang fakir keluar dari gubuk dan mencari tempat berteduh. Sambil memandangi gubuknya dari kejauhan, dengan perasaan trenyuh ia berucap :

" Ya Tuhan daripada gubukku terkena hujanMU terus menerus, sedangkan diriku menyaksikan dengan perih hati...hik...hik... mbok sekalian dirobohin sekarang aja..tanggung...toh akhirnya sama-sama nggak bisa ditempati...". Sedetik kemudian terdengar suara dahsyat ...Dhuarrr !!!....glegerrr....petir itu sekejab mata menyambar dan membakar habis gubuk itu...!

Sang fakir pun sejenak terpana namun dengan santainya ia kembali ngomong kepada Tuhan " Ya Tuhan...kok beneran sih....hamba kan cuman bercanda....kita kan teman ..."

Ia tak sadar bahwa segala ucapnya adalah doa....

Terjadikah doa semacam itu pada diri kita ? Seringkah kita ini apes yang keapesan ini sebenarnya berasal dari gerundelan diri sendiri ? pasti sering tapi tak pernah disadari sebab selama ini kita beranggapan bahwa yang namanya berdoa terbatas pada suatu permintaan kepada Allah secara formal. Biasanya dilakukan seusai sholat dengan menengadahkan tangan ke atas. Padahal sebenarnya doa adalah adalah segala gerak-gerik ucapan hati dan fikiran melalui sebuah proses kesungguhan diri.

Intinya adalah pernyataan penghayatan yang menghunjam tajam terhadap sesuatu terlepas dari hal baik atau buruk. Penjiwaan inilah yang menjadi parameter penentu terwujudnya sebuah aktifitas gerak hati fikiran atau doa.

Sering dalam sebuah pergaulan tiba-tiba kita merasa tersinggung teraniaya oleh omongan teman atau lawan bicara entah karena masalah perbedaan pandangan agama, politik, keilmuan, organisasi, profesi pekerjaan dan banyak hal lain. Kemudian disertai dengan sebuah proses yang sangat menyala membara bagai api dalam diri, kita mengumpat dalam hati " dasar bodoh, dasar kufur ! ". Kata ini ternyata tidak merubah kepandaian atau keyakinan orang lain tetapi malah menjadi kata peneguh diri, pembelenggu diri. Hari - hari kita akan berwirid "dasar bodoh, dasar kufur" berulang -ulang tanpa disadari. Seluruh gerak hidup kita mengerucut pada kata itu.

Akibatnya ? Pertama jelas berdampak pada tubuh kita sebab orang lain yang kita kata-katai sudah pergi entah kemana dengan aktifitas masing-masing tanpa menghiraukan kita. Hentakan kata itu akan terus didengar telinga kita sendiri sehingga telinga gampang pekak. Dirasakan hentakan energi listriknya oleh jantung kita sendiri sehingga jantung jadi terforsir, kemudian paru-paru secara defensif meregang menolak hentakan itu dan mengakibatkan susah bernafas, gen - gen dorman dalam tubuh teraktifasi menjadi program self destroyer seperti di sebuah film dimana ketika sang lakon salah pencet password dalam mengaktifkan sebuah senjata canggih, tiba tiba terdengar :

" Bep...beep ..bep anda telah melakukan kesalahan tiga kali dalam pengaktifan mesin ini. harap menjauh karena mesin ini akan meledak dalam hitungan mundur sepuluh detik mulai sekarang...10...9...8..7..6...5...4...3...2...1...Dhuarr...! " Semua kata itu meledak membentuk pola dalam diri menjadi anomali yang menyerang diri sendiri. Kita menamakan sakit jasmani.

Secara penderitaan psikis pun, sebenarnya di tengah merasa pandai dan benar ini, hidup kita malah jadi gampang terasa bodoh dan sempit bin gelap. Bukti paling mudah kita jadi sering bertubrukan dengan banyak orang, gampang mencari perselisihan, sulit mencari titik temu, mensifati iblis yang merasa paling unggul, narcis ( paling repot kalau hal ini sudah sampai menjurus mengatasnamakan rakyat atau Tuhan ) dan akhirnya kita senang dengan segala suatu yang berbau ekslusif mengurung membatasi diri, SARAisme, mencari-cari dalil pembenaran dengan membuat koloni - koloni defensif yang tak mau disentuh orang lain sebelum orang lain itu tunduk terlebih dahulu kepada kita.

Yang pasti sudah tentu otomatis mau tak mau diri kita jadi ikut terkurung dan terbatas. Jauh dari sifat ilmu itu sendiri yaitu sifat tak terbatas melebihi tulisan yang berasal dari tinta tujuh samudra. Bahkan kita menjadi terkucil terhimpit dari kenyataan keMaha Luasan Allah.

Seorang sahabat sejati berkata kepada saya " Kalau kamu sudah mengalami kesadaran wilayah keTuhanan, hati -hati kalau ngomong sebab ucapmu laksana kun fa yakun, engkau akan selalu menghadapi kata itu entah dalam pikiran atau kenyataan. Wis pokoknya kayak cerita orang pergi haji ke Mekkah, berbuat jelek dikit langsung kebalas, berbuat baik dikit juga kontan balasannya.

Makanya jadi orang jangan mbesengut gedhe rumongso keminter. Nanti tiap hari selalu ketemu lawan yang gitu-gitu terus dan sebenarnya itu hanyalah cerminan dirimu sendiri yang sedang mewujud, karena orang yang kauhadapi belum tentu memperlakukan dirimu seperti kamu memperlakukannya...ya akhirnya kalau kamu menang..., kalau kalah kan malah nambahi sakit hati dan fikiran yang seharusnya nggak perlu ada...sebarkan saja kegembiraan walau dirimu diremehkan. Tak lain supaya kamu tetap mendapati suasana gembira wong Quran itu pembawa berita gembira kok !

Gampangnya secara teori polarisasi komunal segala sesuatu yang sama akan menyatu bersinergi membentuk sebuah aktifitas. jadi, kalau kamu telah menyiapkan meniatkan diri untuk selalu gembira, maka otomatis Quran akan mendekati kamu, bersinergi dengan dirimu memberi pengajaran -pengajaran secara mudah dan menggembirakan tak peduli kamu fasih atau masih grothal grathul dalam membacanya. Sebab seberapapun kemampuan dirimu, Al Quran tak pernah berubah, selalu bersifat dasar menggembirakan, membebaskan, memerdekakan dan tentu saja semua manusia berhak menjadikannya cita-cita hidup, tak peduli ulama atau penjahat bahkan kafir sekalipun.

Ringkasnya kalau kamu baca Quran malah marah-marah tuding sana tuding sini, itu nggak lebih karena sifatmu sendiri yang hanya mengakibatkan proses pengajaran Quran terhenti pada bahasa arab saja tanpa ada kelanjutan menuju bahasa urip, bahasa hidup ( sifat Al Hayyu ). Terus apa bedanya level kamu dengan level orang kafir yang kalau di bacakan Quran malah marah -marah ? Jadi jangan kaget kalau Quran malah bisa membelenggumu karena engkau tidak benar-benar berjihad akbar, menahlukkan diri sendiri terlebih dulu.

Dhuarrr...! glegerrr...! Tiba-tiba sahabat sejati itu menghilang secepat kilat lalu di tengah kegalauan yang carut marut memikirkan petuah ini, entah kenapa aku jadi teringat pesan Rasulku bahwa ada amalan yang timbangannya lebih besar dari isi langit bumi, lebih besar dari amal berhaji, lebih besar dari perang di medan laga menebas leher lawan, yaitu sebuah ucapan singkat...Subhanallah.

Tentu saja ucapan itu harus dibarengi dengan kesadaran full agar kata itu merasuk menyublim ke dalam aliran darah mensucikan darah kotor akibat radiasi dajjal markojjal, mengaktifkan neuron -neuron yang ngadat karena sumbatan partikel materi alias pikiran keduniaan, membakar patung berhala tak bergerak dalam daging alias lemak hasil pemujaan kenikmatan perut, memfilter gangguan frekwensi kelistrikan dalam jantung akibat gelombang liar alias suudzhon, menyapa lembut gen potensi diri yang belum aktif menjadi berpilin aktif mengeluarkan jutaan rumus alam dengan sebuah proses yang sangat mencengangkan namun mudah dipahami, membersihkan lensa mata agar terupgrade mampu melihat spektrum cahaya yang lebih tinggi dan terang walau tak berwarna, mengelastiskan lagi gendang telinga agar kembali mudah mendengar suara terlembut bin hening dan sebagainya dan sebagainya... Wis pokoknya lebih dari sekedar paket terapi spa terbaik yang pernah ada........nyuamannn pol...

Tiada tanding ! Subhanallah, Kata itu benar-benar merangkum seluruh isi dan aktifitas jagad raya...dan lagi lagi aku hanya bisa bersyahadat terhadap seluruh kejadian itu. Tak lebih. Aku pun jadi takut berfikir rumit karena suatu saat kerumitan itu akan kembali menghadang diriku sendiri. Para arsitek Madura menamakan standing waves, gelombang tul pantul dik !

Kata adalah mantra, Semoga bermanfaat, semoga semua berbahagia..

Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar