Sabtu, 23 April 2011

Buka – bukaan, istri saya empat!


Mengong : “Apes, mau poligami, gak jadi….hufh…!”

Bongol : “Emangnya kenapa, bro?”

Mengong : “Istriku yang pertama gak mau dimadu!”

Bongol : “Kalau gak mau dimadu, ya diracun aja…beres, kan!”

Mengong : “Diamput! awas koen…!!!”

Tiba – tiba lewatlah Si Bungkuk yang lagaknya bak Kyai Tiban…” Bener itu…! Diracun aja…! Tapi jangan istri yang pertama… Yang diracun istri kedua, ketiga dan keempat aja…”

Plak!!! Mengong dan Bongol pun tanpa janjian sama – sama memukul kepala Si bungkuk…

Si Bungkuk Cuma mbatin “Hmh…dasar manusia…kalau keinginannya gak terpenuhi, selaluuuu aja maen kasar dan cari kambing item…”

*

Saat kita melihat undangan pernikahan, biasanya pada bagian belakang sering ada cuplikan ayat Quran ”…dan diciptakanlah kamu berpasang – pasangan…atau ayat -ayat semacamnya. Hmh..tapi undangan seperti itu sudah terlalu umum. Dan ayat tersebut kemungkinan besar tak akan mampu menggetarkan pembacanya…

Bagaimana seandainya dibelakang undangan dicuplikkan ayat An Nisa 3 “…maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat…” Suit suiiiiiittt.…kayaknya asyik nih…

Pasti akan menggetarkan para undangan, terutama pihak perempuan…Glek!

Wuuushaaaa…. Be patient…

Mari kita renungkan, sudah berapa abad ayat ini menjadi polemik menghebohkan? Sudah berapa besar fungsi ayat ini benar – benar bisa membuat seseorang menjadi lebih dekat dan tunduk kepada Allah, baik laki – laki atau perempuan? Atau apakah ayat ini cuma memancing emosi dan memuaskan nafsu yang seharusnya malah tidak diperturutkan?

Lha kalau ayat ini nggak ada fungsi ketakwaan, kira – kira yang salah itu ayatnya, atau yang saling ngeyel mendebat ayat itu berdasar kepentingan masing – masing ya?

He he he…yang pro poligami pasti pakai ayat An Nisa 3, sedangkan yang kontra dipastikan bersenjatakan An Nisa 129…” dan kamu sekali –kali tidak mampu berlaku adil atas istri –istrimu…” hayuuuuh ngakuuuuu….

Hadeeeh bingung ya…? Eee, biar gak binun, gimana kalo kita kupas secara santai dengan cara pandang yang semoga mampu melegakan kedua belah pihak. Ya, semoga…

**

Pertama, Al Quran adalah hudan lil nas, petunjuk semua manusia. Jadi, mudahnya, sesungguhnya ayat An Nisa 3 dan 129 bukanlah hanya untuk previlage atau warning kaum laki – laki saja. Hudan lil nas memaknakan semua manusia, laki, perempuan, kuli, kafir, pejabat, kyai, maling, pemerkosa, koruptor dan Rasul sendiri tanpa terkecuali. Masalahnya kan kalau ingin dapat manfaatnya, tinggal mau mempraktekkan dan memaknai apa tidak. Itu saja.

Melalui telaah hal diatas, bisa kita simpulkan bahwa laki – laki atau perempuan sama – sama bisa ‘beristri” empat, sadar atau tidak. Sebab makna istri disini bukan gender, melainkan makna belahan jiwa… Lho?

Kedua, mari kita maknakan bahwa pernikahan adalah konsep berpasangan. Jadi, urusan nikah adalah mencari pasangan sejati sebagai pendamping hidup. Tinggal siapakah sesungguhnya pasangan sejati itu? Siapakah pasangan sejati yang tak bikin cemburu dari pihak laki – laki atau perempuan ?

Adapun pertanyaan logika ayat An Nisa 129 “..dan kamu sekali – kali tidak akan berlaku adil kepada istri – istrimu, sekalipun kamu menginginkannya…” adalah, kalau sudah jelas – jelas gak bisa adil, lha kok Gusti Allah masih membolehkan nikah sampai empat pada An Nisa 3? Kok nggak sekalian aja ayatnya menyatakan kaum laki – laki dilarang menikah kecuali satu istri aja. Titik. Toh, Allah Maha Tegas dalam setiap larangan dan perintahnya…

Hmmh…ada apa ini? Apa maksudnya?

Pernyataan titik berat ayat An Nisa 129 adalah kata “ kamu” …ya, benar, kamu tak akan mampu berbuat adil walau kamu sangat menginginkan…

Terus jawabannya? Sabang bar…eh, sabar bang!

Siapakah istri pertama (pasangan) hidup sejati? Siapakah pasangan ( istri ) ke dua, ke tiga dan ke empat?

Bahwasannya manusia diciptakan berpasang – pasangan haruslah mengetahui makna pasangan. Dan apakah pasangan manusia itu?

Yup, pasangan pertama manusia sebagai mahluk adalah Ruh dari Khalik. Ada ciptaan, ada yang menciptakan. Inilah kenapa dalam Islam saat pernikahan disertai pembacaan syahadat yang memaknakan kita adalah mahluk bermisi yang wajib mengenal pasanan kita, Allah. Kalau dalam khasanah Jawa, pernikahan disitilahkan rabi, yang memaknakan Robbi, sebuah jalan mencari Yang diagung-sakralkan, Allah.

Inilah pasangan pertama yang sesungguhnya tak mau dimadu. Karena Yang Pertama ini adalah Maha Madu…sumber segala kenikmatan…hidangan yang berasal dari tempat suci bersih, multi manfaat, tak ada penyakit…tak terkena apes alias selalu selamat, Islam.

He…he..yang berani menyelingkuhinya sudah dipastikan terusir dari rumah tempat tinggal. Gelisah, kedinginan, sedih dan khawatir menjadi pakaian keseharian bagi penghianatnya.

Hmmh…cinta pertama dan cinta sejati yang kita lupakan….

Pasangan ke dua, sebagai kesenangan hidup adalah jiwa itu sendiri. Jiwa adalah kesenangan dan kemampuan di luar nalar yang memang menjadikan manusia lebih dari sekedar mahluk daging fisik. Ia adalah perwujudan rasa. Pasangan kedua umurnya lebih muda karena memang lebih baru adanya. Ia adalah wujud dari bukti sifat Allah. Misalnya, sifat sami’ dan bashir, sifat mendengar dan melihat tanpa perkakas.

Inilah wilayah orang – orang mutmainah, orang yang firasat dan krenteg rasa kehendaknya kuat karena kebersihan hatinya. Di wilayah ini orang mampu mendengar dan melihat tanpa perkakas indera mata telinga. Hal ini dibuktikan ketika Nabi ber mi’raj melihat gambaran surga neraka.

Kalau manusia biasa, sebenarnya sering diberi contoh akan adanya sifat ini. Yaitu mimpi. Bukankah ketika mimpi kita bisa melihat dan mendengar dengan jelas? Dan bahkan esok benar – benar terjadi?. Padahal mimpi adalah aktifitas tidur dimana segala indera dalam keadaan istirahat.

Tapi ini masih wilayah mutmainah, yang sesungguhnya nafsu paling ngeyel tapi sopan. Banyak orang yang tak mau melepas hal ini karena begitu menariknya. Sampai – sampai Gusti Allah pun menegur…wahai jiwa yang tenang…kembalilah kepada Tuhanmu…

Ya, kembalilah pada pasangan pertama…jangan merasa keenakan lengket dengan pasangan kedua…

Pasangan ketiga bagi manusia adalah akal. Sesuai dengan umurnya yang lebih muda dari pasangan kedua, ia tidak hanya enerjik, tetapi juga smart. Kemampuan pasangan ketiga ini luar biasa. Mempetakan, menganalisa, memprogram diri, mencari jejak rekam langit bumi. Seakan – akan ia tahu seluruh keadaan langit bumi.

Suami – suami baik laki – laki atau perempuan yang menggaulinya biasanya sering sampe tidak bisa tidur malam. Heks! Kalau sudah diladeni, pasti bisa bikin kepala seakan merasakan ekstase puncak ketinggian. Sayangnya, kalau istri ketiga ini tidak diakui masyarakat, para suami sering marah – marah keluar ego harga diri.

Para suami bisa membabibuta menunjukkan dengan segala cara atas eksistensi istri ketiganya. Ya, kehormatan gelar dan prestis adalah baju yang diidamkan istri ketiga.

Pasangan keempat adalah bumi dengan segala keindahan yang muncul darinya …

Hayoooh…sekarang mari kita akui bersama, bahwa tak peduli laki – laki atau perempuan sama – sama punya istri empat. Tentunya pasti lebih condong pada pasangan keempat yang paling muda.

Segala daya upaya kita kerjakan untuk menyenangkan pasangan keempat ini. Begitu menarikknya hingga kita bela-belain banting tulang siang malam…punggung pun pegel linu, encok. Demi kenikmatan bersanding dengan istri paling muda ini.

Benar kata bapak – bapak, biasanya yang paling muda paling seksi, menggoda dan mudah membangkitkan hasrat akhlak biologis tanah. Hingga tenaga pun habis terkuras sampai yang tua – tua gak dapat jatah…

Tapi ini kataaaanya lhooo….…iya nggak sih?

Betapa istri ke empat ini sangat –sangat menjadi belahan jiwa sampai kita tak bisa berlaku adil dengan pasangan lainnya.

Tak heran, kalau kita tak mampu berbuat adil anjurannya cukup satu aja. Karena istri kedua, tiga dan empat selalu punya potensi besar meninggalkan pasangan pertama.

***

Sekarang bagaimana dengan Rasulullah sendiri kok bisa secara fakta istrinya begitu banyak? Ya, secara fakta ragawi! bukan sekedar fakta maknawi seperti uraian di atas….

Kita kembalikan lagi fenomena Rasulullah ini ke An Nisa 129, “…kamu sekali – kali tidak akan bisa berlaku adil walau sangat menginginkan….” Ya, walaupun jelas – jelas sangat menginginkan!

Kenapa tidak bisa? Tapi kok Rasulullah bisa?

Inilah dialog Kekuasaan Allah yang tersirat. Seakan Allah mengajari sebuah ketauhidan lembut tapi menonjok

“ Hei manusia, walau kamu ngeyel bagaimanapun, tetep gak akan bisa adil…lha wong cuma Aku yang Maha Adil…kamu itu lemah! Hanya Akulah yang bisa meng’adil’kan! Aku lah sumber kekuatan, Akulah yang bisa menggerakkan segalal lapis alam….laa haula walaa quwwata ila billah…! Lupakah kau itu!...kalau kau menikah sampai empat karena nafsumu, selidikilah berapa banyak terbengkelai keluarga semacam itu! Tapi kalau Aku yang nikahkan engkau, jangankan empat, seribu wanitapun aku hadiahkan kepada Daud dengan segala daya upayaKu!”

Itulah kenapa Rasulullah disebut Rajanya Nabi, karena beliau diperjalankan secara kompleks lahir bathin. Bathinnya, mampu menguasai dengan adil empat istri maknawi dan dibuktikan juga secara ragawi gender mampu mempunyai istri banyak. Dan sampai saat ini tak ada yang bisa menandingi rekor tersebut. Yah, karena beliau diperjalankan dengan konsep la haula walaa quwwata ila billah…

Tentunya, setiap kejadian yang dialami dalam sejarah hidup beliau selalu mengarahkan pada hikmah kedekatan pada Allah, bukan semata pada nafsu. Buktinya hampir semua istri beliau adalah janda yang memang butuh pendamping hidup sebagai tempat berlindung dan bertanya atas kebuntuan hidup. Sama sekali Rasulullah tidak mengikuti trend memilih perawan – perawan yang kinyis – kinyis layaknya kesenangan orang jahiliyah yang menikah banyak demi kesenangan nafsu.

Seandainya tidak diperjalankan, alias jalan sesuai nafsu sak karepe dewe, jangankan empat….lha wong satu saja sudah rumitnya setengah mati karena kita merasa bisa mengatur pasangan hidup sesuai nafsu – nafsu keinginan pribadi yang ditimpa-idealkan pada pasangan hidup.

Jadi, intinya bukan satu atau empatnya. Melainkan perasaan gedhe rumongso biso ataukah bernaung di kesadaran la haula walaa quwwata illa billah…

Dan mari kita cermati bahwa surat ini dalam konteks pernikahan sebelum dan sesudahnya selalu dikawal oleh ayat – ayat tentang konsep yatim. Dan siapakah sesungguhnya Yang Maha Yatim tidak beribu tak berbapak…? Dan kenapa Allah sangat mencintai keyatiman?

Kenapa juga dalam membicarakan ingin melaksanakan nikah empat ini, kita tak mau melihat ayat sebelum dan sesudahnya yang menumpukan pada keyatiman yang memaknakan ketidakbergantungan selain kepadaAllah? Termasuk ketergantungan terhadap nikmat – nikmat lawan jenis.

Apakah ini sindiran halus bahwa seberapapun kita nikah, kalau lupa pada konsep keyatiman, kita tak akan menemui kenikmatan seperti yang dibayangkan?

Kenapa setiap membahas surat An Nisa, bayangan kita selalu tentang kenikmatan nikah dan aturan hak waris harta benda? Kenapa kita melengos tentang bayangan tidak nikmat tentang kewajiban kepada yatim? Dahulu manakah kewajiban membenahi yatim dengan kesenangan menikah empat ?

Juga bukankah Allah selalu mengkasari kita dengan kalimat “ Celakalah orang yang sholat! Yang menghardik anak yatim dan tidak member makan orang miskin…”

Huffh..jangankan urusan kesenangan nikah dan hak waris, lha wong urusan sholat aja masih bisa celaka kalau lupa kewajiban kepada yatim…

Yah, keyatiman adalah jalan pintas, sakti dan ekstrim dalam membuka kesadaran diri akan dekatnya Allah. Sayang, kita tak mau mencoba kenikmatan yang satu ini…

Karena sesungguhnya ayat apapun dalam Qur’an, center pointnya adalah apakah kita bisa kembali kepada Allah. Atau hanya terhenti pada nafsu yang mengatasnamakan ayat – ayat…

Jadi, kalau mengamini omongan Si Bungkuk, kira – kira kapan ya kita berani meracun istri kedua, tiga dan empat…?

Masalahnya, istri kedua, tiga dan empat persis kayak keong racun. Mau diracun, eh kok sembunyi dirumahnya yang begitu terlindung, kuat dan selalu aman nyaman dibawa kemana - mana……

Tetapi Kalau suatu saat secara lahiriah ternyata para lelaki dimampukan Allah nikah lebih dari satu laiknya Nabi Daud atau Rasulullah Muhammad, ya karena itu memang sudah jatahnya atas suatu hikmah tersembunyi langit bumi yang kita belum tentu mengetahui.

Karena faktanya memang ada yang istrinya empat dan rukun semua, juga faktanya ada yang istri cumin satu tapi tiap hari ada piring terbang di rumahnya…pyarr…! grombyang…!!!

He he…kalau saya nulis ending kayak gini, diam – diam para lelaki tepuk tangan dan para ibu – ibu sedikit bermasam muka…kaboooooooooorrrrrrr……..

Wassalam, makmum yatim

Dody ide