Kamis, 01 Mei 2008

Berguru Pada Iblis Tentang Ayat - Ayat Cinta



Bila selama ini iblis selalu kita jadikan kambing hitam atas kegagalan - kegagalan dalam menempuh jalan Tuhan, ada baiknya sekali - kali iblis kita jadikan kambing putih yang bersifat supporting kompleksitas percontohan hubungan mahluk dengan Khaliknya.Lho ?

Kambing putih berarti sebuah pengorbanan, sebuah wasilah. Sebuah pengganti diri atau pion martir. Bisa bermakna tangga yang harus diinjak - injak agar kita sampai pada puncak tertinggi.

Seakan - akan iblis berkata secara tersirat kepada kita " Hai manusia, pakailah kejadian pengajaranku. Aku adalah perangkat Tuhan yang diciptakan sebagai tanda terbesar yang pernah ada. Bila engkau tak mampu membaca tandaku, berarti engkau tak kenal ilmuku. Maka gagallah engkau mencapai Tuhan."

" Aku dan malaikat dalam kaidah bahasa yang kau pahami hanya berbeda satu huruf. Hanya antara "a" dan "u". Aku nar, malaikat nur. Tapi hakekatnya sama. Cahaya !. Namun yang harus engkau ingat wahai manusia, di dalam asma' selalu ada sifat. Sifat "a" ku menjadi panas, sifat "u" malaikat menjadi tegas." Sedang tugasmu wahai manusia, bukan mensifati panas atau robot yang kaku dan tegas. Melainkan lebih dari itu, menjadi khalifah. Menjadi cerminan Tuhan.

Semua terpampang jelas dalam kalimah Bismillahirrahmanirrahiim, mensifati Rahman - rahiem. Menyayangi segala sesuatu. Melingkupi yang panas ataupun yang tegas. Meliputi yang akhsanittaqwim ataupun yang asfalasaafilin....Meliputi segala sesuatu. Karena memang begitulah kodratmu yang sangat sempurna dalam berbagai keaadaan...

" Wahai manusia, ilmu saja tidak cukup. Milikilah cinta. Sebab cinta adalah sebuah keyakinan hidup. Cinta adalah tanda orang beriman tanpa reserve.

" Bila engkau keburu puas menafsirkan ilmu adalah cahaya, atau cahaya adalah ilmu, maka berhati - hatilah ! Seperti yang ku katakan tadi, aku juga bagian dari cahaya. Ilmu yang diturunkan kepadaku oleh Allah lebih dahsyat dari yang engkau kira. Cobalah engkau jujur. Bolehlah berbaju ilmiah dengan memakai data statistik. Coba hitung, sudah berapa banyak pakar keilmuan entah yang bergelar Doktor atau Professor yang dengan mudahnya kuselewengkan.

" Mereka jauh - jauh dan capek - capek menuntut ilmu, tapi hanya dengan kuberi sedikit gambaran kesedihan atau impian terpendam dalam sistem syarafnya , para beliau bisa turun derajat menjadi anak TK. 1 + 1 yang begitu eksak dan mudah bukan lagi jawabannya angka 2, melainkan bisa berbuah jawaban 3 atau 11 bila si bos meminta. Nego !. Semua tergantung kepentingan. Kepentingan akan gambaran kesedihan atau impian kenikmatan.

" Yah, kata kunci ilmuku adalah popularitas kepentingan. Ilmu kepentingan adalah ilmu nyala api, nar. Sifatnya berkobar - kobar tak bisa tenang. Engkau belum bisa dikatakan beriman bila masih mudah tersulut kepentingan walaupun logistik verbalmu banyak mengandung istilah agama.

Sifat itu hanya bisa di tahlukkan dengan sifat tenang. Khusyu. Sikap khusyu bukanlah ilmu. Kalaupun dicarikan padanan ilmunya, sebenarnya ia adalah rumusan cinta.

" Tapi ingatlah wahai cucu Adam, chemistry cinta akan sangat berkurang makna dan manfaatnya bila terlalu kau ilmukan. Cinta akan menjadi kaku bila selalu kau "baju "i dengan perolehan akalmu. Coba simak baik - baik sekilas dialog bila cinta terlalu diilmiahkan :

Seorang sarjana ilmu eksak yang baru lulus hendak melamar wanita idaman, " Hai mahluk yang berkromosom x dan y, ketika indera ini menangkap bentuk ikatan partrikelmu, maka diafragma pupil menjadi lebar sehingga otakku menstimulus daerah kanan. Maka terjadilah chemistry campur aduk antara adrenalin, melatonin dan akselerasi rhitme jantung. Kemudian memoriku membuat synap syaraf menjalar menjadi bentukan ruang baru. Segala sesuatu pencitraanmu telah tertanam melalui fase gelombang alpha dalam otak ini. sehingga struktur materiku memerlukan wujud materi riilmu untuk ku jadikan satelit hidupku.....

" Merger lah denganku ! dan ku sending password " Ai lop yu ! "

Calon mertua dengan lembut dan tegas berkata, Nak calon mantu, ini wilayah cinta, wilayah yang harus diikrarkan dengan kesaksian, wilayah perjalanan, bukan wilayah pemikiran, bukan wilayah horizon keilmuan. Wilayah dimana engkau harus mendahulukan dan membuktikan cinta. wilayah di mana segala ilmumu harus tertumpu mengerucut pada cinta.Wilayah di mana dalam perjalanannya, ilmumu akan teruji apakah engkau gagah sanggup meredam sifat kebencian, ataukah masih impoten tahluk terhadap sifat benci itu.

" Karena ilmumu yang kau pamerkan padaku belum tentu sanggup menjalani biduk cinta sejati. Yang kuinginkan atas putriku adalah sebuah kekhusyukanmu mengarungi bahtera rumah tangga. Sebuah kekhusyukan yang di dalamnya terkandung kesetiaan, kejujuran dan kebetahan menghadapi cobaan dari Allah Yang Maha Berilmu. Engkau menikah pun harus mengucap syahadat kecintaan kepada Allah dan Rasul. Bukan mengucap sebuah argumentasi keilmuan. Entah itu ilmu sekuler ataupun spiritual sekalipun.

" Itu sudah sebagai pertanda yang jelas bagi yang memahami.

" Bila engkau bersikeras mengedepankan ilmu tanpa cinta, maka camkanlah wahai calon menantuku, ilmumu sebenarnya masih sebatas tataran ilmiah. Ilmumu belum jangkep sebagai kelengkapan manusia utuh luar dalam. Belum memasuki tahapan alamiah apalagi amaliah.

" Tahapan ilmiah adalah tahapan yang kau alami saat ini. Tahapan Adam. Tahapan mengurai kata dan mengenali. Seberapa luas jangkauan horizonmu, masihlah tetap ada di wilayah sini. sebab, engkau masih menggunakan metode dan perangkat yang sama dalam menggapainya. Jangankan iblis, di wilayah ini anak buahnya yang paling kerucuk kayak tuyul sudah sanggup memperdayaimu dengan cara mempermainkan alam materimu.

Tahapan alamiah adalah tahapan tanpa berfikir. Tahapan ini adalah tahapan kesamaan kecepatan asosiasi bertemu reaksi. Persis seperti kecepatan kibasan tanganmu menghindari sundutan rokok. Tak ada lagi proses latency berfikir atau mencari referensi dulu. Karena sudah kodrat menjadi bagian diri." Tahapan ini tidak menggunakan perangkat dan metode yang ada pada tahap ilmiah. Bila kau paksakan memasuki tahapan ini dengan perangkat dan metode ilmiah, engkau sama saja menelanjangi diri sendiri tanpa kau sadari.

" Engkau hanya bagaikan mengukur tinggi badan dengan timbangan, mengukur berat badan dengan meteran. Tak kan ketemu kecuali hanya menimbulkan kekisruhan yang kau sendiri tak pernah menyadari.

" Tahapan amaliah adalah tahapan para akhir. Tahap mengendalikan gerak. Sabdo pandhito ratu. Apa yang dikehendaki pasti jadi. Kata kunci ilmu amaliah adalah kemampuan menggenggam atau melipat ruang waktu seketika. Cara kerjanya seperti processor komputer, makin tinggi frekwensi dan partisi core-nya, makin banyak multi tasking yang sanggup terselesaikan secara kilat.

Syarat utama meninggikan frekwensi dan memperbanyak core adalah makin memperkecil tehnologi nano dan menyempurnakan daya energi listrik. Bila di terjemahkan dalam tubuh manusia, adalah lelaku puasa untuk melancarkan aliran energi dan laku memperhalus hati yang berfungsi memperkecil dan meluluh lantakkan partikel kasar tak beraturan. Serta jangan lupa betah melek malam sebagai uninteruptible power supply bila suatu saat daya itu tiba - tiba naik turun tak stabil atau loss

Tapi upss, tunggu dulu ! yang harus kau ingat menantuku, iblis juga punya ilmu ini. Ia juga bisa. Termaktub dalam kitab suci, anak buahnya yang bernama jin Ifrid mampu menawari Nabi Sulaiman untuk memindah istana ratu Balqis dalam sekejab. Memang inilah puncak ilmu. Tak dapat dimengerti dan digapai oleh orang yang terlalu puas pada tataran awal.

Namun sesungguhnya di manapun ilmu yang kau punya, tetaplah akan tergoda. Maka jadilah orang yang ummi....yang hanya tahu satu hal saja. Allah.

“ Sekarang pikirkan dengan waras pertanyaanku nak menantu, menggotong satu barang dengan menggotong banyak barang, lebih simpel dan ringan yang mana ?

" Logisnya, lebih simpel, mudah, efektif dan efisien yang menggotong satu barang pak calon mertua ! " begitu pedenya calon menantu menjawab.

" Bagus, engkau benar - benar cerdas. Jadi, dalam hidupmu gotong saja yang Satu ini, Allah thok. Jangan banyak bawaan yang lain. Subhanallah, Maha suci Allah, tak tercampur konsep dan alam apapun. Biar hidupmu lebih simpel, mudah, efektif dan efisien.

" Tapi bila engkau telah memiliki ilmu sebagai perangkat kebutuhan hidup di dunia, lebih baik tirukanlah doa kekasih sejati Allah, Muhammad. " Ya Allah...berilah ilmu yang bermanfaat... Yah... memang tidak semua ilmu bermanfaat. Karena sifat nar iblis bisa merusak ilmu yang awalnya mulia menjadi tak bermanfaat. Karena sifat ilmu bagai pisau bermata dua.

Bila pisau itu kau buat untuk memasak hidangan persembahan yang lezat atau mengoperasi organ yang sakit, maka engkau termasuk orang yang di butuhkan di dunia. Tetapi bila pisau itu kau gunakan untuk menakut - nakuti orang apalagi sampai memeras dan mencelakai orang, maka engkau akan dikejar-kejar hukum alam dan dikucilkan penduduk langit bumi. Tak peduli seberapa tajam pisaumu !

Ilmunya pengacara akan sama saja derajatnya dengan ilmu dukun santet bila akhirnya hanya mematikan karier orang tak bersalah. Ilmu accounting akan sama saja derajatnya dengan ilmu gendam bila akhirnya hanya menguras harta orang tak bersalah. Ilmu dakwah derajatnya akan sama saja maqamnya dengan ilmu pelet bila hanya untuk mencari popularitas. Rumusan fibonacci akan sama dengan ilmu nujum bila hanya untuk memanipulasi data yang valid demi sebuah korupsi.

Semua sama -sama berakhir dengan nar yang berkobar -kobar. Menyembah api dalam diri. Tak pernah khusyu legawa. Dan sebenarnya semua itu tadi yang membedakan hanyalah wilayah keilmuan dan tren waktu. Satunya wilayah ilmiah dan masa kini, satunya lagi wilayah alamiah dan tren masa lampau.

“ Nak menantu, tataran terakhir sebenarnya adalah cinta, bukan ilmu. Bila engkau mencintai Allah, maka Allah menjadikan pendengaranmu, lisanmu, matamu, tanganmu sebagai perwujudan Allah. Engkau siap digerakkan dengan berbagai keadaan. Itulah gerak sholatmu. Dimana wajahmu tak bergeming. Selalu menghadap dalam berbagai kondisi. Tanpa perhitungan ilmu apapun.

" Hidupmu bukan lagi pada tataran ilmiah, alamiah ataupun ilmu amaliah yang mampu mengendalikan gerak. Namun engkau telah tersadar dan bersaksi bahwa engkaulah yang di kendaikan Gerak Sang Maha Hidup. Al Hayyu.

Bila kau tolak dengan persangkaan ilmumu, engkau hanya bernasib seperti Musa yang tak mampu berguru pada Khidr. Musa yang tak kuat melihat letupan Cahaya. Padahal Khidir telah bersembunyi di balik cahaya. Bersembunyi di dalam terang. Dimana segala keadaan tak lagi mempengaruhinya karena begitu jelasnya.

Cukuplah cerita ini. Semoga engkau paham....

***

" Hai anak Adam, orang yang berilmu belum tentu memiliki cinta. Tidak demikian dengan orang yang memiliki cinta. Ilmu pasti akan ikut serta. Layaknya seperti uang yang kau kejar siang malam. Hanya berbekal mencintai uang dengan amat sangat, maka akalmu mulai bergerak mencarinya dengan berbagai cara. Mulai jualan kerak telor, sate, makelar, sekolah tinggi supaya balik modal, sampai bermain saham bahkan jual beli penyelenggara negara demi mengamankan pundi - pundi yang telah tertanam rapi di pelosok negeri.

" Dengan mencintai Tuhan, ilmumu mengenai Tuhan akan tumbuh dengan sendirinya. Bayangkan bila engkau kasmaran dengan seorang gadis, akhirnya engkau melamar dan menikahinya. Dalam pernikahan itu tumbuhlah kehendak ilmu merawat anak, kehendak mencari nafkah, membentuk jaring sosial dan sebagainya. Di dalam perjalanan itulah ilmumu berkembang pesat menjadi realitas yang harus kau hadapi. bukan lagi ilmu sinetron Cinderella yang indah di angan - angan tapi tak pernah benar - benar ada dalam tugas keseharianmu.

Begitulah prosesnya. Itulah perumpamaan rumah tangga cintamu dengan Tuhan. Rumah tanggamu adalah rahasiamu. Aurat yang harus engkau bungkus rapi dari pandangan manusia ketika engkau menghadap Tuhan. Agar tak batal rukun rakaatmu.

" Dan yang perlu engkau ingat, telah jelas dalam kitab suci, aku tak pernah secuilpun sujud pada manusia. Sesungguhnya aku hanya takut kepada Allah. Tapi mengapa engkau tak bisa lebih baik dariku ? Engkau masih saja sujud kepada atasanmu di kantor. Engkau masih sujud teluk takluk kepada yang kau anggap lebih dalam sebuah disiplin ilmu. Engkau masih minder di hadapan orang yang mempunyai daya penguasaan dunia yang lebih baik. Engkau masih saja terlena sujud dengan peradaban olah gerak manusia.

" Akhirnya engkau tak lebih masih takut akan persepsi akalmu daripada takut kepada Allah...." Kalau sudah begitu, bagaimana bisa derajatmu lebih tinggi dari aku... mana bisa engkau mengalahkanku ! Lha wong posisiku di level takut kepada Allah, sedang kamu belum, bahkan tidak !

“ Selaluuu saja Allah kamu jadikan objek bahasan, bukannya kau anggap sebagai subjek utama penentu gerak hidupmu…Engkau terlalu berani wahai manusia….

" Ku beri tahu sedikit saja, ketakhlukan dan ketersujudanmu atas sesama manusia itu tak lebih karena engkau tak mampu membedakan takzim dan takut. Manusia yang seharusnya kamu takzimi malah kamu takuti. Itu tak lebih hukum sebab akibat karena ketika kamu di atas angin, kamu masih sering menakut – nakuti orang entah dengan kekuasaanmu, hartamu, ilmumu atau pengalaman – pengalamanmu.

Bila saja engkau membiasakan diri takzim kepada sesama, tepo seliro, tasamuh dan guyub, maka ketakutanmu terhadap sesama manusia akan disirnakan oleh Allah.

Dengan kata lain hormati dan sayangi yang di bumi, maka yang di langit akan menghormati dan menyayangimu. Karena itulah tugas khalifah sesungguhnya. Menegakan konsep rahmatan lil alamien.

" Sudahlah, cukup dulu apa yang kunasehatkan. Lain kali dirimu kutantang lagi. Apakah suatu saat derajatmu bisa lebih tinggi dariku atau masih gitu - gitu aja seperti saat ini.

Last but not least…

“ Ingatlah satu hal saja, aku adalah mahluk kesombongan yang terang gamblang. Sedang engkau wahai manusia…adalah mahluk kesombongan tersembunyi. Itu karena engkau sering lupa menutup bilik hatimu dengan pintu cinta. Sehingga aku dengan mudah menelisip masuk menempati ruang kosong itu…

" Aku hanya dibekali rasa takut pada Allah. Sedang engkau lebih dari itu. Engkau juga punya rasa cinta pada Allah. Kenapa tak pernah kau pakai ? Oh...seandainya engkau tahu bahwa aku tak bisa mengganggu para pecinta...sebab aku mahluk kedengkian yang tertakdir tak bisa bersatu memasuki wilayah cinta ilahi. Wilayah waliyullah....wilayah kekhusyukan sejati...wilayah di mana ruang penuh taburan cinta di setiap sudutnya. Bagai surga yang di dalamnya tak ada perkataan sia-sia...hanya ada Subhanallah.

Glodhak ! Tiba -tiba aku pun terkesiap dari wawancara imajiner dengan sang iblis. Hari menjelang subuh. Yah...tak terasa diriku telah berguru kepada iblis.

Memang benar pepatah yang mengatakan, kenalilah musuhmu sebaik mungkin. Maka engkau akan mampu mengunggulinya. Kenal saja tidak cukup, maka bertemanlah, lanjutkan bersahabat, bahkan berguru hingga engkau paham entek ngamek.

Tapi jangan sekali - kali kau anggap Tuhan. Tempat bergantung yang Ahad....

Wassalam, semoga bermanfaat

Dody Ide

3 komentar:

  1. ijin minum mas yai...subhannalloh...allohu akbar...

    BalasHapus
  2. Sip... andai kta bahan anda tdk mengkaitkan agama... tentu kajian anda akn lbih dlm lg dan lbih kongkrit...

    BalasHapus