Minggu, 31 Agustus 2008

Puasa, milis dzikrullah dan Samudera dzikrullah


Ada yang bilang puasa itu singkatan mengepaskan rasa. Orang Jawa bilang ngePosno roso. Kalau ada kata pas atau pos pasti ada kesesuaian dan alamat akhir. Tentu saja pas dan pos akhir kita adalah konektifitas antara mahluk dan Khalik.

Dua hal ini bagai sisi mata uang yang tak bisa dipisah tetapi jarang bisa dilihat secara bebarengan. Dan naif, akhirnya dianggap terpisah.

Orang yang pas, hatinya pasti sudah pos. Orang yang hatinya sudah ngepos pasti hidupnya akan selalu pas.

Sebenarnya konsep pas dan pos adalah konsep habluminannas dan hablumninallah. Pas itu habluminannas, pos adalah habluminallah.

Orang yang hatinya sudah pos di rumah Allah, pasti hidupnya tak kan pernah bentrok dengan manusia walaupun manusia lain membentrokinya. Orang yang pas lelakunya dengan orang lain, ia akan mudah mengeposkan hati kepada Allah.

Bila saja pas dan pos ini belum sejalan, dapat dipastikan semua anggapan tentang nilai luhur spiritual hanyalah masih angan yang seakan nyata. Walaupun seakan-akan haqul yakin dianggap sebagai pengalaman bernilai tinggi.

Kenapa ? kunci jawaban termudah adalah logika bidang kedokteran. Titik pusat semua itu adalah konsep kelenjar pineal, zat melatonin dan endorphin. Bila kelenjar pineal ini tersentuh secara mutlak dengan entah berbagai cara, pasti seseorang akan merasakan kenikmatan tak terbatas karena melimpahnya endorphin..

Nah, dari sini kalau ujung-ujungnya ke arah itu, ngapain capek-capek melakukan proses spiritual ? mending langsung ke dokter minta suntik semacam valium atau modecate dan sejenisnya. Toh hasil akhir sama.

Saya sendiri pernah ngobrol dengan bekas pecandu berat yang kemudian tobat berat melalui proses dzikrullah. Secara terus terang ia ngomong, bahwa pengalaman yang didapat sama. Ia pernah di wilayah tak terbatas. Indah tiada halangan tiada apa-apa. Lalu tinggal kearah mana kesadaran itu digerakkan. Jadi si kesadaran aku itu tetap tahu dan punya kehendak ingin kemana.

Lhadalah...lha kok sama ? ups, jangan khawatir, tetap ada beda. Kalau kita paham akan konsep puasa, disinilah rentang perbedaan. Konsep rentang haq dan bathil.

Puasa itu melatih seseorang menguatkan diri kedalam, meretas jalan la haula walaquwwata ila billah....

Puasa adalah metode mencari kebahagiaan tanpa menggantungkan dunia luar. Puasa menyuruh manusia mengurangi ketergantungan dunia luar dan melihat ke dalam diri atas anugerah yang luar biasa.

Tak lain karena penciptaan manusia lengkap adanya. Sempurna bin kumplit. Apa yang ada di jagad luar makrokosmos sebenarnya sudah ada di dalam diri manusia. Perbedaannya hanya masalah besaran materi. Tetapi sudut hirarki keilmuan dan pencerapan fungsinya sama saja.

Sedangkan seperti narkoba, seseorang akan sungguh-sungguh tergantung mencari kepuasan dari luar diri. Semakin instan kepuasan itu didapat, semakin tergantung pada dunia luar, maka semakin besar kerusakan akan sesuatu. Atau yang biasa kita sebut dosa.

Coba kita lihat, sesuatu yang sangat nikmat secara materi saja dan bersifat instan, pasti terkategorikan dosa besar alias haram. Misalnya, babi. Miiss pigy ini konon kelezatan dagingnya tak ada yang menandingi. Zina, pasti paling enak karena tak perlu ada urusan tanggung jawab sosial. Korupsi alias nyolong ya sama saja. Semua itu sebuah kenikmatan tanpa ada ilmu kekhalifahan. Semua bersifat merusak.

Jadi narkoba itu bukan sekedar sintetis kimiawi adiktif, tetapi sebuah sifat yang sangat tergantung ke dunia luar. Padahal entah itu mulai dari sabu sampai kandungan emas di planet mars semua yang dicari hanyalah benda mati. Berhala. Bahkan buku –buku ataupun tulisan ini bisa jadi berhala narkoba bagi yang ketagihan membacanya.

Tapi yang lebih mafia dan high class model narkobanya adalah mencuri selendang Allah . Apa itu bu …? Kemuliaan anak – anak…catat ya anak-anak…K-E-M-U-L-I-A-A-N. Ya bu guru… Inilah narkoba terhebat dan bejibun orang yang rontok menghadapinya. Narkoba ini sangat halus kualitasnya dan meminta perhatian dunia luar dengan cara yang lebih eksekutif dan terdidik.

Banyak orang yang najis melakukan hal - hal haram yang tertera secara jelas dalam kitab suci tetapi tidak bisa melewati larangan yang samar di dalamnya. Yaitu tidak betah untuk tidak dianggap mulia. Sebab larangan ini lebih ke arah konsep bathin dan langsung mengarah pada pasal-pasal kemusyrikan.

Nggak heran nabi paling takut bila umatnya mengalami syirik kecil ini alias riya. Karena seberapa hebat bangunan laku spiritual akan nol dan ternetralisir oleh sebiji sawi riya’. Masalahnya karena hanya sebesar biji sawi, ya banyak orang tak sadar dan mau mengakuinya.

Biasanya rasa kemuliaan ini merasuki seseorang yang ingin dikenang, menjadi tokoh, masuk sejarah dan sebagainya. Entah melalui karyanya, tulisannya, foto-fotonya dan berbagai jenis lain. Walaupun sih tidak semua begitu.

Sehingga secara tak sadar ia membelokkan kesadaran manusia dari pandangan Allah menjadi memandang dia alias secara malu –malu minta dikultuskan. Tak peduli itu setingkat kultus wiraswasta partikelir kecil-kecilan atau sampai tahap negara.

Intinya ia ingin menjadi center point. Dan ini bisa menjangkiti siapa saja. Entah itu bintang panggung sampai guru spiritual sekalipun. Apalagi model orang seperti saya….hiks,

**

Puasa adalah ilmu kesempurnaan mengenal mahluk hayati yang bernama manusia.Yah, puasa mencari sesuatu yang hidup, Al Hayyu. Itu semua ada dalam diri manusia. Tak akan di temukan di dunia luar walaupun suatu saat ada kendaraan canggih yang bisa mengantarkan kita bertamasya antar galaksi atau menyambangi pusaran blackhole.

Dan sesungguhnya di dalam sholat yang benar adalah konsep puasa. Seluruh gerak tubuh, ucapan dan fikiran dipuasakan, direhat. Sang Aku hanya boleh berbuka dan berlebaran di dalam Allah. Inilah kenapa puasa adalah satu - satunya ibadah rahasia. Karena hanya kita dan Allah yang tahu.

Kuncinya semua itu, puasa menjadi kendaraan mencari kebahagiaan dalam diri. Kebalikannya, orang yang mengumbar nafsu adalah orang yang ngotot mencari kebahagiaan di luar diri.

Kalau saja kita tetap ngotot mengandalkan kekuatan luar diri dalam berpuasa, wah pasti kita akan diombang-ambing nggak karu-karuan. Bayangkan iklan di TV. Yang sakit mag harus sedia obat mag, yang lemes harus sahur isotonik.

Yang punggung nggak kuat terawih harus sedia susu tulang. Yang mukenanya sering kepakai harus beli shampoo dan pelembut. Belum lagi obat kumur biar ketemu bos nggak risih. Dan banyak lagi produk yang harus kita beli saat menyambut puasa.

Di bulan puasa kita malah konsumtif. Padahal nabi ketika puasa malah mengandalkan dua biji kurma saja. Akhirnya nggak salah kalau orang kapitalis menyindir orang beragama dengan ketusnya : “ Kamu itu bisanya bilang alhamdulillah dan bahagia kalau menerima uang dan menikmati produk kami toh ! Makanya dahulukan kami ! sisanya baru deh masuk kotak amal !

Maka jelas ayat Quran bahwa Allah tak merubah nasib suatu kaum selain kaum itu mau merubah diri sendiri. Yang di maksud sama sekali jauh dari yang dinamakan perubahan kemakmuran materi dalam pandangan umum, melainkan berubahnya kualitas dalam diri manusia karena telah mengetahui Yang Maha Hidup.

Mengapa demikian mbah…? Karena perubahan kemakmuran materi adalah proses lumrah evolusi sunatullah. Allah telah menggilirkan kejayaan suatu kaum secara simultan bergantian tanpa bisa ditawar siapapun juga ( Ali Imron : 140 ).

Banyak orang bertambah melimpah materi tetapi tidak bertambah lapang dada. Tapi lebih bertambah sibuk dan khawatir itu sangat jelas. Jadi ya tak ada yang berubah dalam kualitas hidupnya selain besaran volume materi. Jelasnya, kualitas unsur hidupnya menurun, tetapi kualitas unsur mati benda materinya memang meningkat.

Seperti yang pernah dikeluhkan Mas Niel ( salah satu anggota milis ini ), Di wilayah kerja beliau dipenuhi dengan orang yang sholatnya jangkep, rata – rata haji pula. Tapi, naudzubillah, kerjaannya nggunduli hutan hampir seluruh Indonesia.

Perumahannya mewah –mewah tapi masyarakat adat sekitar dan fauna tak terurus. Sampai –sampai Mas Niel pengen nggak mau sholat lagi melihat kontrasnya perilaku orang sholat.

Seakan sudah ada hegemoni pemikiran masal beserta pembenarannya bahwa waktu sholat ya sholat, waktu nyolong ya nyolong. Nggak ada masalah kok….

Sempat miris juga melihat rejeki manusia Indonesia di makan habis hanya oleh beberapa orang. Seperti kemarin saya dapat majalah bulanan luthier ( pembuat gitar ) dari Amrik. Begitu membuka halaman awal, wow…Malaysian blackwood dengan nama latin diospyros ebonasea atau orang sering menyebut kayu eboni Kalimantan. Harganya ? 2 lembar ukuran -+ 20 cm x 56 cm dengan ketebalan hanya 4 milimeter dijual seharga $ 336….!!!

Hmmm andai saja hutan kita diolah dengan benar dan amanah, tentu masyarakat Kalimantan sangat makmur...

Saya juga pernah njawab ke Cak Kariyan, ya ini lho cak namanya sin loundy atawa pencucian dosa, bukan sekedar money loundry.

Kalau sin loundy itu misalnya saya dagang kayu spanyol ( separuh nyolong ) senilai satu triliun, lima ratus M buat deposito tujuh turunan, 500jt buat usaha mini market biar kelihatan jadi tokoh sederhana, yang semilyar buat naikkan haji saudara dekat dan orang sekampung, yang sembilan puluh sembilan M buat bikin yayasan sosial dengan cabang seantero nusantara, seratus M untuk urusan hukum dan legalitas, sepuluh M untuk menyumbang aktifitas tokoh moral, sisanya bikin partai atau jaringan berbau agama dan punya manajemen isu yang gampang menyerap pendukung . Di jamin pasti mulia dan selamat !

Wah, kalau model begini sudah nggak pas, nggak ngepos pula. Sholat hanya sebagai prosesi hidup menuju kenikmatan luar diri, penguasaan-penguasaan materi dan pengakuan-pengakuan kemuliaan di depan mata manusia. Nggak beda dengan ritual babi ngepet ya tujuannya hanya ritual mencari pesugihan dan kasuwur.

Ah, tapi ini sekedar omongan iseng antar anggota milis yang kenal lewat majelis dzikrullah ini. Jangan terlalu diseriusi. Mungkin para saudara – saudara kita ini lagi ngudarasa karena tak pernah di tanggapi di forum – forum mulia.

Lha tapi nylonong curhatnya kok ke saya ? kalau saya presiden, pasti sudah tak gites orang- orang yang suka mbabat hutan ini. Nggak peduli apapunn resikonya. Wong saya pemimpin kok !

Masalahnya saya ini cuman sebatang kara hamba Allah yang kedekatannya dengan Allah pas-pasan. Jadinya ya cuman bisa berdoa semoga saudara –saudara ini dilapangkan dada dan di lepaskan dari kungkungan lingkungan kerja yang menyesakkan dada.

Semoga atasan - atasan yang ingkar ini bisa tunduk pada saudara-saudaraku yang mencintai Allah. Tak peduli seberapa tinggi jabatan itu. Yah, hanya bisa itu saja…

Karena entah akhir -akhir ini beberapa saudara dari milis dzikrullah protes ke saya. Kok tulisan dan keluhan – keluhan saya nggak pernah dimuat ? lho yo emboh rek...! kata saya. Nggak tahu wong saya bukan pengelola, saya sama seperti sampean...sekedar musafir goro-goro...

Berbaik sangka saja, mungkin ada restrukturisasi, mungkin pada sibuk cari nafkah, mohon mahfum wong jadi moderator nggak ada bayarannya padahal sangat menyita waktu, Jadi bersyukur saja karena selama ini kita sudah diwadahi.

Atau mungkin server down, tumpukan arsip email yang akan di posting terkena virus, mungkin juga ada aksi hacking pencuri data sehingga email kita nggak nyampe atau terserobot seperti kasus berita Abu Sangkan dulu...

Tapi memang tugas moderator itu berat. Tugas utama adalah berjiwa moderat karena asal usul kata dari situ. Kalau tidak punya jiwa moderat, mungkin milis ini lebih cocok disebut e-zine gratis. Sebab yang termuat bukan sesuatu yang dimoderatori, melainkan lebih bersifat redaksional.

Cara berfikir redaksional adalah memilah berita yang hanya sesuai untuk tujuan oplah dan populis.

Beratnya seorang moderator adalah kemampuan menyimpulkan, mencarikan titik temu dan memberi rasa keadilan dari pihak yang sangat ekstrim dan berseberangan tanpa ia ikut terbawa arus pemikiran kedua belah pihak.

Tujuan akhir agar para penyimak bisa mempunyai pandangan yang sangat beragam. Keberagaman pandangan inilah yang membuat penyimak bisa mengikis dominasi kultur pemikiran ataupun kultus individu.

Penyimak pun akan lebih berani jadi diri sendiri, mengenal diri sendiri dan mau menunjukkan orisinalitas jatah diri dalam hidup yang singkat ini. Dan memang itulah goal tuntutan Allah kepada Manusia. Beribadah kepadaKU. Menjadi yang abid, yang tahu posisi diri.

Jiwa moderator haruslah seluas samudera. Kalau dalam konsep Islam, bangkai pun bisa halal untuk dimakan bila ia berada di tengah lautan samudera. Mangsudnya bila hati kita sudah seluas samudera, dengan sesuatu yang kita anggap tidak sesuai, jijik, kotor, nyleneh, norak, sudah tidak masalah. Karena barang-barang itu akan larut netral terkalahkan dengan sendirinya oleh kehebatan samudera.

Begitu ikhlas dan legawanya samudera. wong bangkai saja bisa diterima dengan terbuka, apalagi bila yang datang adalah seorang anak manusia dengan semangat menyala-nyala membawa ide di kepala tentang pemaknaan ajaran Islam yang begitu ia cintai.

Hal ini ditamsilkan, bahwa Allah saja tidak jijik dan tetap memberi ruang hidup lalat atau kecoak kutu busuk sekalipun. Karena Allah Maha Tahu dibalik segala kejadian dan penciptaan.

Kalau kita masih takut terhadap sesuatu pemikiran atau pemahaman yang berlainan, mungkin kita belum seluas samudera. Bisa jadi masih sekelas anak sungai, bahkan got dimana kotoran kecil saja sudah bisa membuat sumbatan dada dan puyengnya kepala.

Di sisi lain, repotnya juga, pencari jalan ruhani menganggap samudera bagaikan oase di tengah gurun pasir. Padahal samudera bukan untuk diminum. Sebab air itu takkan pernah habis, juga takkan melepas dahaga. Fungsi samudera adalah untuk diselami dan dinikmati. Agar bertemu mutiara termahal di kedalaman misteri dasar laut.

Jadi dari sekian panjang lebar nggedabrus belajar menjembatani antara beberapa anggota milis, saya hanya bermaksud belajar meneruskan pepatah kuno, saling asah asih dan asuh melalui metode puasa yang akan kita hadapi.

Itulah maksud melatih diri berpuasa. Mencari sesuatu ke dalam diri agar bisa pas di segala model manusia. tak lain agar hati benar-benar tepat nge Pos di rumah Allah yang Maha Luas tak terbatas melebihi tujuh samudera........

Benar – benar telah tahu bahwa Sang Aku benar - benar Satu adanya. Tak terpisah apapun

Walau dipenjara oleh beragam daging dan pemikiran. Allah tak bisa dimonopoli. … Allah ada di hatimu, di hatiku , di hati kita…tak terpisah. Siapapun manusia itu...

Dan semoga milis dzikrullah benar-benar bermetamorfosis menjadi samudera dzikrullah yang mampu menampung segala ragam jenis manusia. Bahkan kalau perlu memoderatori tikus atau ulat sekalipun. Asalkan punya ilmunya nabi Sulaiman….

Selamat menjalankan ibadah Ramadhan…

Dody Ide

1 komentar:

  1. salam....dahsyat mas artikelnya.....oh ya, mampir dong ke blog n web kami kriyasemesta.com n kriyasemestafoundation.blogspot.com.... bulan ramdn kmrn kita jg bahas puasa dari paradigma takholli tahalli tajalli: Ramadhan,ajang kultivasi diri membentukinsankamil

    BalasHapus