Caleg ? Upss !!!...terlalu muluk ...!!! Tidakkk..!!! Itu fitrah dasar manusia.
Saat ini banyak sekali para profesi penghibur di tanah air menjelma menjadi caleg melalui pintu parpol. Sudah tentu faktor utama yang dijadikan parameter perekrutannya adalah konsep panggung hiburan. Semakin menarik dan menghibur, semakin banyak tiket yang dikantongi penyelenggara, semakin tersenyum hati Pak Untung. Sialnya nasib masyarakat kita ini dianggap lembaran tiket yang siap disobek-sobek di pintu masuk pertunjukan.
Terlalu rugi kalau menanggapinya dengan serius sampai makan hati. Wong jelas panggung sandiwara dunia kok disikapi sampai nggerogoti rempelo. Saya begitu geli dan tidak bisa membayangkan seandainya masyarakat dan para selebritis klop bersinergi mengukuhkan dunia fantasi kemakmuran tanpa keringat. Yang satunya bermodal merasa punya dana dan ketenaran plus sedikit hafal kamus ilmiah kepolitikan, sudah merasa bisa mumpuni menyelesaikan kompleksitas masalah masyarakat. Satunya hanya bermodal mengagumi, berharap simsalabim perubahan nasib secara instan.
Akhirnya ya nasib masyarakat persis kayak mie instan. Ada mie instan rasa sapi, rasa udang, rasa ayam, tapi, sapi, udang dan ayamnya nggak pernah ada sungguhan. Kecuali hanya sebatas judul dan foto bungkus. Otomatis tak ada yang berubah. Mie mie lagi mie mie lagi...
Pasal kegelian saya sih sederhana, parameternya bukan hitungan politik yang njlimet. Tapi sebuah konsep sederhana makna sebuah kemampuan kepemimpinan, sebuah konsep perwakilan kehendak masyarakat. Tentu saja yang saya jadikan model ideal ya Kanjeng Nabi Muhammad. Seorang pemimpin itu kalau ada acara makan-makan, ia yang paling belakang mengambil piring. Kalau ada musuh, ia yang maju duluan menanggung resiko. Ia mampu menjadi pion sekaligus raja dalam sebuah laga percaturan politik. Dan yang paling penting, kalau ada orang minta tolong, apa yang ia punya diberikan semaksimal mungkin.
Karena perkara pengangkatan kepemimpinan, Rasulullah yang sebelumnya saudagar dan kaya raya, akhir hayatnya jatuh miskin secara duniawi. Tak lain hartanya habis untuk mengentas kegelapan umat. Jadi kata kunci pemimpin sejati adalah : Pemimpin = Tombok. Dan itu telah dibuktikan para pendahulu -pendahulu kita sehingga Nusantara pernah ( sekali lagi, pernah ) menjadi negeri gemah ripah loh jinawi. Toto tentrem kerto raharjo.
Lha kalau selebritis kita ? boro - boro ngasih bantuan pada persoalan masyarakat yang begitu perih dan kompleks, lha wong diminta memberi tandatangan saja sudah pontang - panting mengunci pintu rapat -rapat. Apalagi ini bakal diminta nomboki kebutuhan beras ribuan penduduk...
Ahh, tapi ini semua sih sekedar pikiran lucu saya saja. Jangan terlalu diseriusi. Jadi itung - itung daripada serius ngurusi persoalan remeh temeh yang kayaknya bikin heboh itu, lebih baik saya berdoa kepada Allah :
" Ya Allah, jadikan saya seorang caleg selebritis. Semua pasti bisa atas Satunya Kehendak....Kun fayakun...jadi maka jadilah...Blar !!! tiba-tiba seakan saya bermimpi jadi caleg selebritis. Wuiihh indahnya hidup ini...tak ada halangan apapun didepan...semua serba lapang, serba mudah, serba barokah.
Yah...aku pengen jadi caleg selebritis yang sesungguhnya. Caleg alias calon legowo. Alias manusia ikhlas. Segala gerak gerik hidup kita telah "dilegowokan" Allah. Segala persoalan terasa ringan walau kenyataannya berat. Otomatis akhirnya hidup kita berubah menjadi selebritis sepanjang waktu.
Yah... seorang selebriter...seorang yang tiap hari berpesta merayakan kemerdekaan hidup. Tak melempem oleh tekanan hidup. Tak marah - marah melihat ketidakcocokan konsep. Tak melengos kalau disambati orang kesusahan. Tak terjajah oleh alam materi maupun alam fikiran. Tak terasa apa-apa selain adanya kelapangan dada yang seluas padang mahsyar.
" Hayo siapa ikut ? saya punya formulirnya, gratis ! tak bantu ngisi...paling cuman beli materei...Sayangnya materei itu tidak bisa diisi tandatangan karena bukan selembar kertas. Bisanya cuman diisi tanda hati. Sebab materei itu nominalnya tak ada dan hanya berisi kalam " Cintakah engkau kepadaKU ...?
Dan hanya diri kita sendiri yang tahu kadar itu...
Wassalam, Caleg nomor sepatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar