Sabtu, 20 September 2008

7 Langit & Bumi ( bagian 5 )


DEWASA

Semua manusia dewasa tiba -tiba dihinggapi ide ini...

Eksisitensi, aktualisasi, cogito ergo sum...saya berpikir maka saya ada. Tapi sejak kapan seorang manusia bisa berpikir ? Sejak bayi, anak -anak, remaja, dewasa, atau manula ? Dan apapula yang dimaksud dengan berfikir ? Mulai kapan manusia merasa mulai ada ? Sedetik yang lalu ? Kemarin ? Minggu lalu ? Bulan lalu ? Tahun lalu ? Abad lalu ..?

Apa yang dimaksud dengan eksistensi keberadaannya ? Daging kah ? Otak kah ? Perasaannya kah ? Pertanyaan -pertanyaan itu benar - benar tak pernah berujung pangkal...

**

Sebagian dari cahaya itu akhirnya menyeruak keluar merubah wujud menjadi berbagai kilau materi. Keluar melalui perantara tangan, mulut dan kaki menjadi berbagai bentuk kreasi. Banyak orang menyebutnya ilmu pengetahuan padahal ini hanyalah sebuah perpindahan ruang dan perlambanan gerak sebuah cahaya. Sebab di balik cahaya itu seakan ada yang selalu bersuara dengan sangat lantang …

" Akulah satu-satunya yang berwujud dan bisa merubah ke segala wujud, yang ada hanyalah Aku, Aku lah yang tahu '.

Lamat - lamat semua orang mendengar suara di balik cahaya namun sebagian besar terhenti pada aku yang paling lambat geraknya yaitu wujud materi, aku terkecil. Sebuah keakuan paling lambat dari sebuah unsur cahaya akan membuat gerak hidup ikut melambat pula .

Bila wujud keakuan terlambat ini selalu dipertahankan, terjadilah apa yang dinamakan stress karena sifat cahaya dalam diri yang masih bergerak sedemikian cepatnya ingin menarik -narik bagian dirinya di luar yang berbentuk materi yang lambat.

Persesuaian gerak antara cahaya tercepat dan terlambat akhirnya mengguncang -guncang seluruh tubuh. Otot dan syaraf menegang pada bagian kening, tengkuk, kram dada, sendi kaku, perut kejang, mata melotot, telapak tangan dan berbagai daerah lainnya.

Akhirnya ketegangan -ketegangan yang tak wajar itu membekas, orang menyebutnya sakit. Entah itu berjenis sakit fisik, mental atau spiritual, sama saja tetap nggak enak.

Pertentangan tarik menarik terjadi beberapa waktu lamanya sampai tubuh hancur tak kuat menahan. Kita menganggap sebuah kematian badan.

Dalam proses tarik -menarik itu terjadi ledakan yang menimbulkan percikan ilmu sejati. Ilmu yang menjadikan aman dan nyamannya sang tubuh, ilmu yang membuat proses tranformasi cahaya itu berjalan dengan tenang, ilmu yang menghilangkan sekat -sekat luar dalam, ilmu yang meleburkan cahaya luar dengan cahaya dalam, ilmu pembebasan, ilmu pengetahuan tentang makna cahaya, ilmu yang bisa menaungi segala wujud, ilmu asal usul. Kita menyebutnya ilmu agama.

Namun pada perjalanannya, percikan ilmu sejati telah berurai bercampur baur dan condong ke arah ilmu pengetahuan materi sehingga terkesan ilmu ini menjadi terkotak -kotak membentuk wadah masing- masing sesuai ciri sebuah hukum materi.

Sekat -sekat, sekte -sekte telah mempersempit ruang geraknya sehingga setiap pengikutnya malah tidak menemukan kecepatan dan kebebasan gerak cahaya.

Ilmu sejati yang hakikat tugas awalnya menggamblangkan cara merangkum hukum materi yang serba lambat terbatas untuk dikembalikan kepada fitrah cahaya yang serba cepat tak terbatas, kini berbalik menjadi terseret - seret memenuhi kebutuhan ilmu materi dengan segala pengkotakannya.

Akhirnya banyak orang yang beragama tidak menemukan kebahagiaan karena agama selalu dimaknakan dengan hukum keselamatan dan kenyamanan materi, baik materi berupa benda maupun materi yang telah menyublim berubah wujud menjadi pemikiran dan pemahaman - pemahaman.

Cahaya jidat, dada dan keturunan telah berpendar keluar demikian dahsyatnya membentuk silaunya peradaban dan alam - alam yang mencengangkan. Bangunan modern nan megah, filsafat beserta segala cabang akarnya, kekuatan budi dan keajaiban dunia supranatural, semua adalah hasil dari olahannya.

Semua manusia terperangah terkesima dengan kehebatannya. Mereka beranggapan bahwa... inilah penantian... inilah perhentian... inilah puncak kejayaan. Namun banyak manusia tak sadar bahwa di sisi lain dalam tubuh manusia ada sebuah initi cahaya yang selalu memangil - manggil...kembalilah...kembalilah...di sinilah sesungguhnya engkau kembali...cepat atau lambat....terpaksa atau ikhlas...

Inti cahaya itu tak terpengaruh keadaan apapun. Ia bagaikan terang tanpa lampu. Bersinar tanpa sebab. Wilayah yang terlepas dari hukum ruang waktu dan sebab akibat. Tiada apapun namun ada.

Seiring perjalanan manusia, Sang Inti Cahaya makin terasa terdengar bersuara lantang mengajak kembali. Suara itu tanpa perantara mulut, tanpa perantara getaran udara dan frekwensi sehingga juga hanya bisa didengar tanpa perantara apa -apa, tanpa telinga, tanpa kepemilikan apa -apa.

Cahaya - cahaya yang berada di jidat, dada, dan keturunan pun tak mampu mendengarkan karena mereka semua telah membawa bayangan materi yang penuh eksistensi keakuan kerdil. Bila ketiga cahaya ini memaksakan mendengar , ia hanya akan terbakar oleh bayangannya sendiri. Ketiganya bagaikan setan yang mencuri berita dari langit

Ketika seorang mengalami keadaan tiada namun ada, ia akan terpahamkan bahwa saat itu juga ia harus kembali atau ia akan tahu kapan harus kembali, tahun dan bulan keberapa, pada hari apa, jam berapa bahkan milisecond keberapa. Ia telah mengetahui arti kematian dan kapan harus meninggalkan jasadnya.

Rahasia telah terungkap. Ia paham bahwa yang dianggap kehidupan selama ini hanyalah sebuah permainan cahaya terkasar dan terlambat. Fatamorgana dunia ini benar -benar fatamorgana sesungguhnya, bukan fatamorgana yang berasal dari filosofi anggapan fikiran dan rangkaian pengalaman. fatamorgana is veryy very real...

Sosoknya telah tumbuh menaungi seluruh kehidupan alam ini. Ia bagaikan inti cahaya itu sendiri, tak terpengaruh keadaan apapun. Dirawat dan ditemaninya seluruh umat manusia tanpa pilih kasih karena ia paham bahwa keruwetan, kemarahan, kesumpekan dan kelambatan segala aktifitas manusia di dunia akibat dari ketidak mampuan mengembalikan segala sesuatu kepada asal kejadian.

Ia melakukan itu agar menjadi ayat pembeda yang jelas antara yang tahu dan tidak tahu.

Hari -harinya penuh kerinduan pulang kembali ke asal mula kejadian. Allah.

Wassalam

DOdy Ide

Tidak ada komentar:

Posting Komentar