Kamis, 25 Maret 2010
Iqra Itu Membaca Atau Mendengar Ya ?
Iqra, bacalah !. Inilah ayat yang pertama kali diturunkan . Emm... tapi kenapa kok kita selalu fokus pada redaksi kata "Iqra", bacalah ? Adakah sesuatu aktifitas sebelum itu ? Atau bahkan sebelum dan sebelumnya sebelum itu ?
Iqra adalah kata kerja. Jadi sebelum melaksanakan pekerjaan, pastilah ada instruksi. Pertanyaannya, berupa aktifitas apa instruksi tersebut ? Karena perintah Iqra berupa bunyi kata ( terserah sampean menafsirkan bunyi qalbu atau bunyi sesungguhnya ), maka aktifitas bunyi adalah aktifitas mendengar. Jadi sebelum punya ilmu membaca kita harus punya ilmu mendengar.
Seperti khotbah Jum'at umumnya, biasanya selalu ada anjuran 'ansituu... wasma'uu...wa 'atiuuu.....duduk...dengar...patuhi ( kerjakan )...maka engkau akan mendapat hidayah rahma. Lho... ? tapi kok malah prakteknya orang yang mendengar anjuran ini ngantuk dan tertidur.
Kita juga nggak mungkin berprasangka bahwa Sang Khatib mempunyai ilmu hypnosis atau sirep yang dengan kemampuan itu beliau memasukkan ayat - ayat ke alam bawah sadar ketika kondisi kita tertidur. Binding atau kode jangkarnya ketika Khotib berbicara " demikianlah khutbah Jum'at ini..." tiba - tiba para jamaah terbangun serentak dan manggut - manggut karena serasa ada installan software baru dalam otaknya.
Lalu apa sesungguhnya seharusnya yang kita dengar supaya gak ngantuk ?
( Sebelumnya sekali lagi, saya bukan ahli tafsir, juga tak berani menafsir sesuatu yang sebenarnya sudah terang. Tulisan ini hanya sebuah perenungan dan pemaknaan supaya ayat Al Quran berfungsi nyata dalam kehidupan sehari -hari. Tentu, terutama bagi diri pribadi ).
Kita ambil dulu korelasi iqra, intro khutbah Jum'at dan ayat ini : Sesungguhnya jawaban orang-orang mu′min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul mengadili di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung [An Nuur : 51]
Dari tiga hal ini, urutan proses mendapat keberuntungan hidup dan rahmat Allah adalah duduk > dengar > membaca / menimbang / menganalisa / mengadili > patuhi / kerjakan > imbal hasil. Dengan pemetaan ini kita akan mudah menganalisa sebuah letak kesalahan diri.
Misalnya, kenapa hasilnya jelek ? karena mengerjakannya salah. Kenapa mengerjakannya salah ? bisa jadi membacanya salah halaman atau salah persangkaan. Kenapa membacanya salah halaman atau persangkaan? karena kurang mendengar instruksi. Kenapa kok dengar instruksinya gak bener ? karena uuuuuusreeeg ae... gak bisa duduk manis. Hmmh...padahal kalau mampu memetakan hal ini, hidup kita akan selalu kawin antara tekstual dan kontekstual. Kita menyebutnya bil hikmah, sesuatu yang benar disampaikan dengan cara yang baik dan berakhir menerima kebaikan itu sendiri.
Eh, sebentar...sebentar...tapi duduk itu ngapain sih ? duduk yang enak itu gimana ya ? kalau duduk sambil goyang - goyang kaki apakah sebuah pertanda kecemasan karena goyangnya kepala dan goyahnya hati ? Hmmmh...duduk ini kok gak pernah diangkat menjadi isu besar ibadah ya ? Padahal awal ketauhidan Rasulullah adalah hanya duduk di Gua Hiro, empat puluh haaari brooo....gak kuaaaat....
Tapi proses duduk itu hanya pantatnya atau apanya ya ? Kalau cuma pantatnya, jangan - jangan kayak makmum Jum'atan. Cuma dapat ngantuk.
*
Ada posisi duduk, ada mendudukkan, ada diduduki, dan ada didudukkan.
Posisi duduk seperti duduk tasyahud dalam sholat. Ucapan - Ucapan dalam tasyahud adalah sebuah kehendak penyamaan frekwensi diri kita dengan para nabi dan orang sholeh. Kita tak akan bisa memahami makna-makna ucapan para Nabi bila kita tak menyamakan dengan frekwensi duduk para beliau terlebih dulu.
Tapi bagaimana mendudukkan diri agar frekwensi kita bisa sama dengan para Shalihin dan para Nabi ? Maka kita harus bisa mendudukkan tiga hal dalam diri manusia supaya tahu letak fungsinya.
Yuuk... kita mendudukkan persoalan bahwa ada tiga unsur manusia yaitu jasad, fikiran dan qalbu sebagai tempat rasa.
Dudukkan bahwa jasad adalah penopang wadag hati dan fikiran, jangan sampai berlebih. Konsep makan sesudah lapar berhenti sebelum kenyang adalah porosnya. Kelihatannya sih mudah, tapi kalau tiba kita tidak merasa lapar selama tiga hari gimana hayo ? sedangkan doktrin pikiran mewajibkan makan tiga kali sehari. Pasti motorik otak akan protes " kamu belum makan siang...kamu belum makan malam...kamu belum makan hari ini ! "
Sesungguhnya wilayah pemenuhan jasad hanyalah untuk tegaknya punggung agar kita mampu mencari karunia yang tersebar di seluruh jagad. Tak Lebih. He he sebenarnya lebih pun terserah, asal siap uang dokter.
Di wilayah ini saja kita terkadang sudah keok kebingungan bagaimana mendudukkan posisi fikiran vs jasad. Kayaknya kebutuhan jasad padahal sensor waktu motorik otak. Kalau kita tak mampu memegang urusan jasad ini, bisa jadi posisi selanjutnya akan membuahkan kebingungan cara berfikir dan kegalauan hati. Dengan kata lain, pemenuhan jasad yang berlebihan akan mengkelok-kelokkan jalan berfikir dan menutup satu persatu cadar bilik hati.
kita lihat dalam ayat ini : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.[ Al A' Raf:31]. Jelas, ketika kita memasuki masjid, baitullah, rumah Allah atau rumah hati tempat bertambat, kita diperintah dulu memakai pakaian yang indah dan jangan berlebihan urusan makan minum.
Namun apakah yang dimaksud pakaian adalah baju ? wah..ya kasihan dong para pengemis atau kuli yang tak punya baju bagus. Pakaian adalah baju dunia. Dan baju terbaik di dunia adalah ilmu. Lha ilmu itu sendiri adalah urusan otak beserta daya fikirnya. Inti fungsi otak adalah pusat data, instalasi brainware dan operating system untuk segala kegiatan urusan dunia.
Hmmmh...dari sini kita juga mulai bingung lagi mana posisi otak mana posisi hati. Yang dianggap hati ternyata otak, yang seharusnya pekerjaan otak malah dimasukkan ke hati. Jadinya kelihatannya beragama tapi emosional, keliatannya rasional eehhh..emosional juga. Ajaran dan ilmu pengetahuannya nggak ada yang salah kok. Cuma kita aja yang salah kamar....
Otak adalah proses penerjemah penguakan alam - alam ciptaan Allah. Entah mulai dari materi seperti batu, chemistry zat, unsur nuklir sampai alam - alam genderuwo, jin dan lain lain. Betapa pun hebatnya, semua ini adalah wilayah alam. Kalau kita menekuni komputer, maka terkuaklah ilmu komputer. Kalau menekuni musik, terkuaklah ilmu musik. Kalau pingin zikir membuka mata ketiga, ya jangan kaget kalo sampeyan tiba -tiba tersadar kalau sehari –hari digerayangi bolo kurowo setan dan berbagai macam arwah....hi seyyeeem....
Hmmhh begitu hebatnya otak ini. Baik secara otak fisik maupun otak mental....
Bahkan seorang sahabat lama dengan mudahnya mengaktifasi otak tengah anak -anaknya sebagai sumber kecerdasan. Otak tengah mempunyai kemampuan semisal photo reading, maksudnya membaca buku seperti kecepatan mesin fotocopy. Sehingga kita tidak buang waktu baca buku. Bahkan bisa untuk meningkatkan intensitas kepekaan panjang cahaya sehingga seseorang mampu melihat sesuatu di balik tembok. Padahal hal semua ini pada jaman dulu dianggap sebuah kegiatan spiritual yang harus disertai ritual tertentu.
Kalau kita tetep ngeyel bahwa hal - hal ghaib di atas adalah sebuah spiritualitas religi, maka kita akan terkaget - kaget karena orang yang kita anggap kafir pun bisa punya kemampuan sama persis.
Untung saja sang sahabat tahu bahwa itu semua masih wilayah otak, wilayah riuh rendah, wilayah kebutuhan untuk menyelesaikan urusan dunia dengan sangat mudah. Sehingga ia hanya mau mengaktifkan otak tengah kepada orang tertentu. He he...saya juga gak kebagian diaktifkan lho....soalnya otak tengah saya ketlisut entah di mana...
Ia sadar bahwa ada satu tahap lagi yang tak bisa ditembus hanya dengan duduk di otak. Sebab bila kita hanya terhenti di wilayah ini, maka hancurlah harapan hidup. Lho ...kenapa...? bagaimana tidak, kita bisa sekolah SD sampai kuliah hanya butuh waktu bulanan karena kemampuan kecepatan baca dan analisa yang hebat. Nah setelah itu pastilah langkah selanjutnya adalah bekerja dengan smart sampai harta berlimpah. Akhirnya dunia tergenggam penuh di tangan. Emmm..kan kayaknya enak cih....
Tetapi ada satu hal bahwa tabiat otak adalah tak bisa bersandar dan mempunyai hukum titik jenuh pada setiap yang telah dikenalnya. Pada titik inilah seseorang di dalam bungkus kesuksesannya mengalami titik jenuh, hambar, capek dan kelimpungan karena akan dikemanakan lagi semua pencapaian itu. Kemanakah ia harus berpegang atas segala yang telah dapat dipegangnya ? Padahal sisa umur masih lama.
Inilah Kenapa Fir'aun yang terkenal begitu cerdas menantang Tuhan dengan cara memanah langit. Ia menganggap dirinya Tuhan karena otak tengahnya paripurna sehingga apa saja bisa dikerjakan, tentu sesuai sunatullah pada jamannya.
Di puncak pencapaian kekuasaannya, Fir'aun sebenarnya sangat rindu Tuhan. Tetapi karena ia tak tahu caranya maka ia jengkel. Sampai - sampai ketika Musa mengajarinya ia malah tersinggung berat karena merasa lebih pandai.
Padahal Musa hanya mengajari sebuah kemudahan yang tak pernah ia sangka. Sebuah kemudahan Islam alias berserah. Sebuah posisi duduk yang benar pada hati. Musa hanya mengajarkan sesuatu yang telah didapatkannya dari Allah, "Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci... " ( Thaha 12 ).
Terompah adalah alas untuk berjalan mengarungi dunia. Terompah Musa bukanlah terompah merk Adidas, Nike ataupun Cibaduyut. Terompah Musa adalah puncak pencapaian ilmu yang bersemayam di otak. Dan Itu adalah gunungnya gunung tertinggi sebuah pendakian.Tetapi oleh Allah Musa diberi tahu bahwa sesungguhnya ia harus berposisi di lembah suci.
Lembah adalah daerah luas dan rendah di pegunungan. Kalau orang Jawa menyebutnya dalam diri ada lembah manah, alias hati. Ya, hati adalah adalah Baitullah, Rumah Allah. Sebuah konsep masjidil Haram dalam diri. Haram, tak boleh ada penghuni selain Allah. Harus steril suci selain hanya Allah.
Sampai -sampai Musa pun disuruh melepas terompah keilmuannya. baik yang logis sampai yang ghaib ngedhab- ngedhabi.... Ketika seseorang berusaha mendudukkan persoalan inilah banyak Fir'aun -Fir'aun ABG saat ini yang tersindir karena ia merasa harus downgrade turun derajat dari gunung kok harus turun ke lembah. Harus melepas terompah lagi....
Hmmhh...ternyatthaaaa.....berendah hati memang bukan hal mudah...
Wilayah hati adalah wilayah perjumpaan. Lha wong namanya saja baitullah, rumah Allah... ya pasti yang kita tuju bukan rumahnya, tetapi perjumpaan dengan Pemilik Rumah. Ketika berjumpa dengan Pemilik Rumah, yang ada hanyalah rasa lapang dan Cinta benderang bercahaya tanpa warna. Sebab bila masih ada warna macam - macam entah warna pengalaman atau ilmu baik yang modern maupun yang spiritual alam - alam ghaib, jangan - jangan kita lupa melepas terompah...Hati -hati lho..nanti disemprot ta'mir...
Wilayah - wilayah Musa ini di jelaskan duduk perkaranya oleh Rasulullah secara tegas dan jelas dengan adanya proses Isra' Mi'raj.
Isra adalah kemampuan kecerdasan super lintas batas urusan dunia. Pembuktiannya adalah dengan pemberian kecerdasan paripurna oleh Allah, Rasulullah mampu menundukkan alam materi yang tentu saja beserta cakupan segala keilmuannya baik yang dulu maupun yang akan datang dengan nubuwah - nubuwah dan isi Quran yang lintas jaman itu sendiri.
Rasulullah yang telah menguasai jasadnya penuh, mampu memerintahkan jasadnya pindah seketika dari Masjdil Haram ke Masjidil Aqsa. Hal ini memang masih menjadi perdebatan dunia modern apakah yang berpindah jiwanya saja atau total sampai badannya. Ya kalau saya sih maklum atas bantahan itu. Sebab keilmuan modern kemampuannya masih sebatas Out of Body Experience secara mental doang.
Eh...tapi sebenarnya lebih tepatnya Rasulullah diperjalankan alias bukan berjalan sak karepe dewe. Di sinilah titik awal quantum leap kemulyaan Islam terjadi. Pembedanya memang sangat tipis yaitu apakah kita ini duduk di posisi diperjalankan atau duduk di posisi berjalan sendiri karena merasa memiliki otak.
Dan kejayaan Islam kala itu bukanlah karena memeras otak, tetapi benar - benar dari sikap Islam berserah. Dalam hal ini para sahabat nabi berserah memasrahkan otak pada yang bikin otak itu sendiri. Sehingga otak diperjalankan sangat cepat tanpa berbelit -belit.
Sedangkan Mi'raj adalah kemampuan duduk menunduk diam di Baitullah. Di mana para malaikat pun hanya terhenti di pintu tak sanggup ikut memasuki....Ya, hanya hati manusia yang sanggup. Para Insan Kamil...I love You Fuuulll...
Seseorang yang telah berMi'raj dengan baik akan menjadi pencerah di segala bidang. Ia bisa menjadikan aktifitas apapun untuk digiring ke titik Ketauhidan. Kalau ia berkumpul dengan para dokter, maka dokter itu tiba- tiba akan melihat benang merah antara ilmunya dengan shirat menuju Tuhan. Begitu juga ketika ia berkumpul dengan politisi, seniman, pengusaha, ilmuwan, pelawak ataupun aparat.
Semua akan merasakan benang merah dan sentuhan kesadaran abdi kepada Khalik tanpa perlu diancam urusan ibadah. Bahkan perampok atau pelacurpun akan insyaf tanpa perlu ditakut -takuti. Sebab Ia telah sampai pada yang Maha Halus. Laksana air yang mampu menghanyutkan... menggiring menuju ke Maha Samudera.... Allah.
Dari konsep Isra' Mi'raj ini dapat di bagi beberapa type manusia. Manusia awal Adalah Rasulullah sebagai percontohannya. Ilmu dunianya paripurna, ilmu ketundukannya sempurna. Beliau menguasai urusan dunia akhirat, mampu menyampaikan dan mengendalikan semuanya menjadi satu kesatuan peradaban.
Manusia kedua adalah manusia Mi'raj alias manusia yang mengetahui makna dan rahasia- rahasia langit tetapi ia tak mampu menyampaikan kepada khalayak umum. Ia hanya mampu menyampaikan pada orang - orang tertentu sebagai juru terjemah ungkapannya.
Manusia ketiga adalah manusia Isra' alias manusia yang mempunyai kadar intelektual sangat tinggi dan mampu menguasai segala jenis keilmuan baik yang kuno sampai post modern. Mulai ilmu sejarah, pengobatan, ekonomi, politik, budaya, polyglot, fisika, kimia, musik, sastra, falaq, DNA forensik, pernafasan, beladiri, ruqyah sampai ilmu berhitung kapan seseorang akan meninggal atau jam berapa selembar daun akan jatuh dll...
Lha kalau manusia type saya kayaknya belum masuk kategori itu semua. Kategori yang pas, itu pun kalau saya GR, adalah kategori makmum sendal jepit paling buncit...ciiit.....ciiiiit...
Untuk itulah kenapa sesudah Rasulullah wafat, para penggantinya tak mampu berdiri sendiri. Satu kemampuan utuh Rasulullah harus dibagi menjadi beberapa orang seperti khulafaurrasyidin. Bahkan di Tanah Jawa saja sampai harus ada Wali Sembilan dengan spesifikasi keahlian dakwahnya masing - masing....
Mungkin kalau sekarang mengingat ilmu dan peradaban yang bertebaran sangat buanyaaaak...bisa - bisa supaya peradaban Islam lebih unggul dari peradaban dan negara manapun , maka harus ada dua puluh tujuh wali sebagai konsep pahala jamaah.
Jadi dalam hal ini saya sering tertawa sendiri ( tetapi ini dalam hati lho supaya gak ada yang tahu ) kalau ada organisasi agama yang paling merasa benar sendiri dan tak mau bekerjasama dengan organisasi yang lain hanya karena merasa pernah mengalami perjalanan spiritual yang aneh - aneh atau merasa memegang doktrin yang super shahih.
Karena pencapaian akhir islam adalah makna Islam itu sendiri, berserah kepada Yang Maha Ahad, berujung Satu. Bukan ngeyel dewe – dewe yang terpecah belah banyak...
**
Nah, para hadirin majlis ta'lim yang berbahagia, eemm...selanjutnya...( he he...lagi pura - pura gaya jadi Ustadz neh... )
Selanjutnya setelah tahu tiga posisi ini, yaitu jasad, otak dan hati maka tugas kita adalah berusaha istiqomah agar tiga tempat ini diduduki dengan benar sesuai fungsinya. Ya, hanya tiga hal itu. Tidak lebih. Setelah kita bisa hal ini, maka semoga kita akan paham dengan ayat Musa selanjutnya."Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu" ( Thaha 13 )
Ketika kita sudah duduk manis dengan benar, maka kita akan didudukkan Allah dengan jelas melalu kegamblangan sebuah konsep Furqon, Al Quran. Di sinilah kita akan mulai mendengar dengan benar. Karena mendengar dengan benar, maka berbicara pun akan enak. Pencerahan pun datang tiada henti. Hidup jadi cerah walau banyak hutang...he he maksudnya ujian, kadar waktu dan kewajiban tetap ada tetapi bebannya dah tak terasa.
O iya, urusan dengar mendengar, kalau yang tak bisa mendengar dengan baik contohnya tuna rungu. Kerena nggak pernah mendengar, pastilah bicara juga belepotan. Orang pun akhirnya ogah mendengarkan. Lha yang gawat itu kalau tuna rungu sih cuma gak bisa dengar suara kasar berfrekwensi 20 Hz - 20 kHz. Sedang kita bisa - bisa lebih dari itu. Tak bisa mendengar suara dari Baitullah..ufhh... gawat kwadrat....
Ayat sami'na wa ata'na ini bahkan sudah di jelaskan secara jelas oleh Allah dengan cara mengingatkan kita dengan bekal dua telinga secara stereo kanan kiri supaya pendengaran tidak meleset. Sedangkan mulut hanya monoreo (he he ada gak ya istilah ini ). ..
Ealaaahh...tetapi kita kok lebih suka berurusan dengan mulut ya...? Padahal urusan endingnya hanya balik ke jasad, memasukkan dan mengeluarkan. Memasukkan makanan sebanyak - banyaknya dan mengeluarkan kegagahan kalimat sebanyak - banyaknya entah si pembicara atau pendengar paham atau tidak ...( waduh, jadi tersindir dengan tulisan sendiri rek... )
Bahkan kalau kita sadar, pertumbuhan manusia awalnya adalah mendengar. Sebelum bayi melihat, ia bisa mendengar terlebih dahulu. Urutannya adalah mendengar, melihat atau membayangkan, menganalisa dan akhirnya meniru. Itulah kenapa Allah mengutamakan pendengaran.
Jelas, dalam Al Qur'an selalu menyatakan "Allah berfirman" yang berarti harus kita sambut dengan aktifitas mendengar , bukan melihat. Ketika kita sami'na wa ata'na, mendengar lalu mengerjakan dengan benar, barulah kita diperlihatkan berbagai macam Keagungan lintas freqwensi dan lintas dimensi...
Di sinilah terjadi sebuah proses Iqra yang seutuhnya. Bukan iqra' yang bukan - bukan dan sak karepe dewe kayak waktu windows shopping jalan - jalan di Mall
Seperti konsep simbiosis mutualisme, semakin beriqra dengan benar, maka diri akan semakin tunduk. Semakin tunduk dengan benar, maka kita akan dibukakan gerbang pemahaman - pemahaman ilmu dari arah yang tak disangka - sangka.
***
Di rumah, si kecil yang masih berumur 2 tahun sukanya teriak -teriak, banting benda - benda dan ketok -ketok apa saja dengan keras. Seperti biasa si ibu risih " jangan dibanting nanti rusak...aduh berisik..." Memang persepsi orang dewasa dengan pertumbuhan anak lain. Bagi orang tua, jam tangan, hp, remote, tas dan lain - lain adalah sebuah fungsi guna. Padahal bagi anak itu semua adalah media pembelajaran bunyi.
Si kecil sampai umur tiga tahun akan selalu beraktifitas seperti itu walau kita melarang model apapun. Mendengar adalah modal awal kosa kata, kosa makna, pemetaan wilayah - wilayah respon tubuh dan masih terlalu banyak untuk di tulis.....Jadi kalau ada mainan bertuliskan " Not suitable for children under 3 year " ya kalau kepaksa beli, ikhlaskan saja sesampai di rumah langsung rusak dibanting.
Intinya ketika kita mencegah aktifitas ini ( kecuali membahayakan ), maka suatu saat kita akan menyesal kalau anak kita menjadi bolot nggak mau ndengar nasehat kita atau mudah salah sangka terhadap kita. Orang tua pun kalau sudah tahu gini kadang malah menambahi kalimat yang tak sepantasnya seperti " Oooohhh emang anak durhaka..dah dari kecil emang gak pernah denger nasehat..."
Hmm...lingkaran setan...Mbuuuulet wiiiiis....
Padahal ini adalah masa saling mengajari. Anak belajar bunyi, orang tua juga belajar mendengar dan memfilter suara- suara pikiran aneh - aneh yang berlalu lalang di kepala. Alias belajar sabar untuk merangkum semua suara menjadi suara inti yang Hakiki.
Untuk itu para pakar menggiring secepat mungkin agar telinga bayi tertata dalam mendengarkan suara agar kelak struktur berfikirnya juga jelas. Inilah kenapa seperti di Jepang, Rusia, Eropa atau Amerika , mendengar musik hukumnya wajib.
Lha sebagai orang Islam, apakah suara inti atau bunyi terbaik itu ? Tentu ucapan Subhanallah. Hal ini pernah saya lakukan dengan coba- coba pada si kecil. Sekedar membisikkan kalimah itu. Eh..tiba -tiba dia seperti orang tertegun diam seperti mengingat sesuatu. Pandangannya sangat dalaaaamm...Yah, sesuatu itu adalah tempat di mana kita semua berasal dari sebuah Kesucian. Allah
Glodhak ! tunggu dulu... isi tulisan ini jangan diseriusi lho sebelum mencobanya sendiri. Sebab yang nulis juga masih suka duduk - duduk leyehan di warung. Makan - makan sambil mendengarkan musik campursari. Sesekali juga terkadang hati masih tertambat mendapat tawaran duduk di kursi empuk tanpa susah - susah kampanye atau keluar duit...
Sebenarnya Inti tulisan ini sederhana kok. Kalau ingin membaca dengan benar, hati dan fikiran tak boleh terguncang oleh apapun. Ibarat mudahnya gini, walaupun kita duduk di jok mobil yang paling mewah tapi kalau mobilnya lewat jalan makadam bebatuan yang mengguncang -guncang, bisakah kita membaca buku dengan benar. Bisa - bisa hoek – hoek eneg duluan daripada pahamnya isi buku.
Dan sesungguhnya ilmu tetap menetes di dalam diri kita pada tempat serta kadarnya dan tak berubah tempatnya. Di Hati. He...he...sayangnya gelas tempat menampung ilmu ini geser ke sana kemari gak jelas. Seringnnya malah buat minum anggur dunia sampai gelasnya pecah. Maklum, maaaaaabuk reeek....hiks..uiks...*%&&^%$^!
Waduh rasa- rasanya terlalu panjang. Sudah kelamaan nulis sambil duduk neh...takut ambeien...Ya sudah, diakhiri dulu sampai di sini aja ya.... He he semoga ada wangsit lagi untuk melanjutkan urusan bunyi dan pendengaran ini. Sampai jumpa di lain pihak....eh di lain kesempatan ding....
Wassalam, Makmum kecepit
Dody Ide
http://www.padhangjingglang.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
salam kenal
BalasHapusmenurut saya,jibril menyuruh nabi muhammad agar menceritakan bagaimana proses penciptaan manusia.setelah 3 kali nabi muhammad mengatakan tdk tahu barulah diterangkan oleh jibril.kandungan makna dlm al qur'an : tersurat-tersirat-tersembunyi-terahasia.saran saya,carilah imam yg bisa menerangkan rahasia dalam rahasia dari surah az zumar ayat 6,bergurulah padanya.wassalam ww.
Panjang tapi asyik mas.... salam kenal dari saya..
BalasHapussalam kenal juga mas...he he yg asik2 saja....tegang tanda nafsu hi hi...
BalasHapus