Senin, 03 Agustus 2009

Pokoke Allah, Poke , Plok !




KALAU mindset kita selalu berfikir tentang uang, maka apapun akan mengarah pada uang. Batu, makanan, nilai budaya, doktrin agama, limbah pabrik, sistem negara, frekwensi, sampai anak sendiri pun akan berakhir pada tujuan perolehan aset keuangan.

Seorang yang sangat mencintai ilmu, apa saja pasti akan dijadikan sebuah bidang keilmuan. Mulai fenomena alam sampai cara mencopet akan ia pelajari dengan sungguh-sungguh. Bahkan Tuhan pun diurai dijadikan sebuah rumus keilmuan. Dan ia akan selalu menjadi ahli di bidangnya sesuai sifat ilmu itu sendiri. Tentu, terlepas dari urusan relativitas benar-salah.

Tak lepas jika mindset kita pornografi. Bisa jadi lubang kunci, pensil, pisang, salak atau susu bayi pun sudah sangat bisa mendorong seseorang berfantasi selangit. Entah itu sifatnya imajinasi pengharapan atau kejijikan yang selalu menjadi bahasan berulang-ulang.

Akhirnya ketika kekurangan uang, ilmu ataupun bahan pornografi, kehidupan kita seakan mengkhawatirkan dan membosankan. Tak bergairah. Hambar.

Demikian juga bila kita melatih konsep Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun dan la haula wa laquwwata ila billah. Maka segala gerak kehidupan, permasalahan dan segala perniknya akan sangat mudah untuk dikembalikan kepada Allah.

Kehidupan akan jauh terasa lebih ringan. Mengasah jiwa ikhlas akan lebih mudah. Sebab konsep Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun dan la haula wa laquwwata ila billah bukan lagi hanya terhenti pada protokoler ucap mulut dan angan fikiran. Tetapi telah menyublim menjadi realitas laku keseharian, bahwa kita ini tidak ada-apanya. Fana.

Akhirnya juga, dengan kesadaran penuh, keseharian akan terasa hampa bila segala kejadian tak mampu diumpan balik kepada Allah sebagai Maha Pusat Segala Kejadian. Terlepas kita ini seorang agamawan atau orang biasa-biasa saja. Seorang pejalan ruhani atau seorang pendosa sekalipun. Ukurannya sederhana, ikhlas atau tidak.

Itulah kenapa membaca surat Al Ikhlas sebanyak tiga kali, pahala atau muatannya sama dengan membaca seluruh isi Al Quran. Bagaimana tidak, dalam surat yang sering dianggap suratnya anak baru belajar ngaji ini, titik tumpunya adalah penembusan mental ketauhidan yang luar biasa. Kalau sekedar membaca sih, semenit kita sudah bisa mencapai khatam Al Quran sebanyak dua kali. Tapi apa seremeh itu ?

Misalnya, ayat pertama adalah konsep ahad. Bisakah ahad ini tidak kita pecah, tidak kita bagi, tidak dikurangi, tidak kita kali, tidak kita tambah atau tidak kita analisa ? karena ahad adalah jelas satu, kokoh, qiyamuhu binafsi, berdiri sendiri. Secara teori matematis keilmuan sih iya, lha tapi kalau dibenturkan keadaan apa ya semudah itu ? Apa lagi keadaan itu tidak seideal ideologi kita.

*

Begitu banyak hal yang berhubungan dengan penerimaan kenikmatan dan kesesuaian cita-cita, kita bisa langsung reflek ucap Alhamdulillah sebagai tanda kita mengahadkan Allah. Tapi ketika yang tidak mengenakkan datang secara masal apakah kita bisa langsung menggenggam keahadan itu ?

Umpamanya, ( jangan diseriusi lho ) bahwa bencana tsunami sampai bom terakhir ini adalah sebuah konsep jangan sampai Nusantara menjadi bangsa yang berjaya. kenapa ? Kalau nusantara jaya, maka akan tercipta keadilan merata di seluruh dunia tanpa melalui perang. Bila ini terjadi, maka rumusan perselingkuhan konsep senjata dan minyak akan mengalami kebangkrutan serius.

Sebab watak dasar manusia nusantara mempunyai budaya adiluhung yang mampu menyelesaikan berbagai model konflik dengan elegan. Masalahnya saat ini sih cuma satu, kita kurang mengerti potensi diri sendiri. Cuman kurang memegang hadits man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu, kita tak tahu kejadian diri sehingga tak tahu arah kehendak Tuhan, atau sebaliknya.

Dalam jiwa manusia nusantara, kata "berbagi, gotong royong dan rukun menjadi satu" adalah bagian DNA yang tak terpisahkan. Hal ini kurang disetujui oleh para pemilik modal dan monopolis baik dari belahan bumi Barat maupun Timur. Karena sudah lama sekali mereka menikmati kekayaan dunia baik melalui konsep ekonomi dan doktrin yang di kemas dalam perang.

Jangan sampai manusia nusantara ini akur dan mampu mewujudkan ayat" Walillahi almashriq wa almaghrib faaynama tuwalluu fathamma wajhu Allahi. Inna Allaha wasiiun Aliim.” Dan kepunyaan Allah-lah TIMUR dan BARAT, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah:115)

Sehingga satu -satunya cara adalah mengkaburkan eksistensi nusantara, memporakporandakan, mencitrakan dengan segala keburukan, memblow up kekonyolan dan tidak mengakui. Sampai pada titik yang sudah berhasil, mental kita telah menjadi bangsa yang selalu "look up" melihat kekayaan dan kecanggihan atas apa - apa yang datang dari luar. Padahal diam-diam mereka selalu "look down" kepada kita.

Tidak percaya ? bepergianlah ke barat, bagaimanapun, secara mayoritas imajinasi mereka, anda akan tetap dianggap mahluk kulit berwarna alias warga kelas dunia. Bahkan di negara yang konon kampiun demokrasi. Anehnya kita malah sering "look up" dan bangga menceritakan kunjungan kita ke luar negeri.

Kalau ke Timur ? coba hitung berapa buaanyaak.. tenaga kerja kita yang kering keringatnya dan tersiksa fisiknya tanpa mendapat kelayakan hidup. Dan bahkan itu terjadi di wilayah jazirah yang lahir sosok mulia yang pernah bersabda " bayarlah upah buruh sebelum kering keringatnya". Ah..selalu bertepuk sebelah tangan.

Kembali lagi, bagaimana urutannya ?

Aceh adalah simpul gerbang Islam Nusantara. Dan itu ada sejarah panjang kenapa sampai disebut Serambi Makkah. Jadi ketika simpul ini rusak, semua akan mudah diuraikan.

Gempa itu sebenarnya lebih besar di Thailand. Secara ilmu analisis BMG memang demikian. Tapi jangan bilang siapa-siapa, wong ini cuma umpama, belum tentu benar. Bahwa besarnya gelombang itu kan karena ada kapal perang yang lagi nyoba senjata baru. Coba teliti lagi berita -berita di koran. Apa hubungannya, bencana kok ada kapal perang. Gak nyambung kan ?

Jadi ketika gempa di Thailand dengan peralatan canggih sudah terdeteksi merambat ke Aceh, bertepatan dengan itu, senjata baru diluncurkan. Blar...senjata ujicoba dalam laut itu menghantarkan tekanan gelombang yang luar biasa...sebuah ramuan senjata rekayasa manusia yang dianggap bencana. Inilah senjata kamuflase alami intelejen terhebat.

He..he nggak kayak kita yang belum apa -apa sudah teriak-teriak di lapangan. Belum perang, segala identitas dan aktifitas ketahuan semua. Akhirnya dengan mudah kita diciduk, difitnah dan dijadikan pesakitan.

Oh iya..nglantur.. balik maning, lalu dampaknya ? secara korban nyawa, sudahlah..innalillahi...ikhlaskan. Tapi dampak Islam apa bagi yang masih hidup ? Pertama, sesuai rencana, orang Islam itu sampai detik ini masih suka mencaci dan mengunggulkan kelompoknya. Hal ini sudah sangat diperhitungkan sebagai media self destroy mechanism. Dan pemanfaatan hal itu sangat sukses. Lho ? Ukurannya ?

Kalau kita ingat, betapa banyak komentar waktu itu, bahkan ulama mencibiri kejadian ini bahwa itulah laknat Allah karena di sana adalah ladang ganja atau pusat maksiat.

Di sini tidak ada nalar kenapa ladang ini berpuluh tahun subur ? siapa yang diuntungkan ? distribusinya kemana aja ? uangnya sudah tersebar kepusat kekuasaan mana ? Ada kandungan apa di tanah Aceh ? Kalau ada pemberontakan, senjatanya made in mana ? siapa yang menangguk untung penjualan senjata ini ? adakah barter senjata dengan daun surga ini ? berganti tren barang memabukkan jenis apakah sehingga aceh harus di gulung badai ? Apa persamaan fungsi tanaman Aceh dengan yang ditanam di pegunungan Pakistan-Afganistan ? Kenapa kedua wilayah ini punya model konflik yang nyaris sama ? Seiring dengan badai politik apa di wilayah nusantara ? dll

Ah, cara berfikir kita yang merasa tahu agama ini kok ya kayak penguasa yang zalim. Gampang menyalahkan yang kecil -kecil yang sudah jelas-jelas jadi korban tetapi selalu diam amien tanda setuju atas sebuah kejadian grand design.

Tapi yang penting, dalam grand desain ini, inti pertama sudah dapat. Kalau sebutan Serambi Mekkah saja sudah disangsikan oleh muslim nusantara, maka tinggal selangkah memporakporandakan bangunan budaya Islam yang tertanam dengan indah disetiap runutan simpul itu.

Langkah berikutnya, kita sudah sama -sama menyimak. Yah..apalagi kalau bukan sifat ashabiah kelompok. Ini juga berhasil sesuai rencana. Lihat saja efek dominonya, berapa banyak panji - panji dan bendera yang berkibar di tanah Aceh ketika bencana terjadi. Kita akan melihat sejarah manapun bahwa ketika di suatu tanah terjadi kekacauan, maka penancapan bendera adalah awal yang menentukan langkah eksistensi selanjutnya atas sebuah kelompok.

Sampai -sampai ada sebuah kelompok yang hanya bermodal bendera dan pos yang di pasang di jalan - jalan prospektif masuk wilayah bantuan. Dengan bermodal spanduk " kami menerima penyaluran bantuan ", mereka menyalurkan berton -ton bantuan keringat orang lain tetapi diselingkuhi dengan intro "ini bantuan dari kami" sambil membawa bendera kebanggaan.

Di sinilah bibit gue - gue, loe - loe mulai disemai....Islamku bukan Islammu, Islammu bukan Islamku. Dan sejak itulah sampai termutakhir kemarin, konsep ini berjalan sendiri seperti konsep bisnis MLM, spiral marketing, viral marketing, matrix dan sejenisnya dimana satu konsep brilian yang matang mampu menjadi mesin otomatis duplikasi Devide et empera jilid II secara masif.

Tapi, tapi dan tapi...pengetahuan - pengetahuan semacam ini apakah bisa dikembalikan kepada Allah bahwa ya memang harus begini dulu garis jalan takdirnya. Tanpa berusaha mengutuk, menyalahkan dan menyesali. Bukankah kita ini orang beriman yang harus yakin pada rukun iman ke enam, percaya takdir baik buruk - yang belum dan yang sudah terjadi ?

Bukankah seorang pemimpin, apalagi calon pemimpin dunia, tentu harus digembleng habis-habisan dengan segala persoalan yang sangat jauh dari nalar mapan sehingga dibutuhkan daya bathin dan keyakinan yang luar biasa untuk bisa menyelesaikan ?

Tentu juga, secara perspektif ini, mereka yang bikin ulah demikian tidak mungkin dapat bergerak sendiri..lha wong ayatnya La haulaa wala quwwata ila billah...tak ada satu gerak pun tanpa ada daya dari Allah.. hmmm... berat sekali meng'iya" terhadap ayat ini.

Dan apakah suatu saat mental kita siap seperti Mental Rasulullah yang memaafkan orang Quraisy dan memberi mereka penghidupan yang layak ketika terjadi fathul makkah versi nusantara ? Apakah kita siap menyublimkan ke dalam diri atas sifat Allah, Al Hayyu yang Maha Hidup Dan Menghidupi , tentunya di tujukan pada orang yang pernah tidak menyenangi kita ?

Inilah sesungguhnya ujian ketauhidan kita. Ujian tentang teguhnya sebuah kesaksian konsep ahad, Ujian tentang kesyahidan, ujian tentang hidup syahid, bukan sebatas mati syahid. Karena rasulullah sendiri sangat ajeg hidup syahid di tengah masyarakat, bahkan rasulullah tidak mati syahid di medan perang.

Lho, tapi sik...sik...balik maning lagi, tentang data itu, jangan ngawur dod. Kamu dapat data darimana ? ini masalah serius....

He..he, saya kan sejak kecil sudah dididik menjadi anggota FBI. Otomatis cara menganalisa suatu kejadian, ya tinggal ikut aja juklaknya, bagaimana metodenya, mana titik tumpunya, mana bunga-bunganya, mana hirarki skala prioritasnya, mana compounding blow nya, apa yang akan dikuak dan ultimate goalnya ke mana.

Ooh begitu ya...jadi selama ini kegiatanmu seperti menulis ini juga bagian dari konspirasi asing ya ? mungkin begitu kata para pembaca. Ups, jangan terlalu methentheng, saya ini suka guyon. Yang saya maksud FBI hanyalah singkatan Fans Berat Islam...Wong saya sendiri cuman pengamen dan pemimpi kok. Samasekali tidak punya jamaah, pasukan ataupun jaringan internasional yang hebat -hebat...

Karena Fans Berat Islam, maka pola berfikir dan melihat segala kejadian ya tentunya juklaknya Al Quran. Sama sekali bukan ambisi keagamaan pribadi...walaupun keduanya suangaa..at mirip...rip...rip...

Intinya, saya pribadi selalu belajar dan menyadari bahwa segala sesuatu kejadian, senang atau tidak senang, menguntungkan Islam atau tidak, harus bisa menjadi runutan balik kepada Sang Maha Muasal.

Persis merunut sebuah kejadian munculnya buah dari sebuah tanaman. Bila ilmu kita amanah, sidiq, fathonah dan tabliq seperti sifat rasulullah, pasti akan tahu bahwa beraneka bentuk buah, rasa, daun, batang dan kekokohan akar hanyalah berasal dari sebuah biji kecil dan pahit yang diliputi daya hidup, Al Hayyu.

Rumus gampangnya, wis...kuabeehh iki pokoke Gusti Allah. Ahad. Titik tik.

Kalau anda gemar facebook, anda akan melihat icon " poke " untuk menyapa teman secara personal. Allah juga demikian, bila sampeyan sudah kenceng melihat segala sesuatu dengan konsep pokoke Allah, maka Allah akan mem "poke" anda secara personal dan intens.

Plok ! segala tamparan Allah pun hanyalah sebagai sarana pemahaman, pengajaran dan kenikmatan - kenikmatan yang tak kunjung habis. Nggak perlu nunggu di surga...


Wassalam, pencari surga tak kuat neraka

Dody ide

Tidak ada komentar:

Posting Komentar