STOP PRESS...!
Gawat ! sudah ada tokoh yang terang -terangan ngajak golput. Di sisi lain ada tokoh yang terang-terangan juga meminta legalisasi pengharaman golput. Saya pribadi hanya berharap dan berdoa pada Allah :
" Ya Allah, semoga sehari sebelum coblosan aku Kau beri pekerjaan yang banyak demi menafkahi anak istri "
Sehingga di satu hari sebelum coblosan diriku begitu capek karena banyaknya pekerjaan. Otomatis kalau seorang laki-laki capek, pulangnya ya cari hiburan. Dan hiburan yang paling enak dan halalan toyyibah ya mencoblos istri sendiri....
Harapan saya, esok hari ketika pemilu, saya sekeluarga ketiduran pulas sampe sore karena kecapekan. Tentunya orang yang ketiduran tak bisa dikenai hukum wajib pasal apapun. Lha nanti kalau ada tetangga nanya " gak nyoblos, Pak ?"
Saya jawab, " sudah, tadi malem.... "
"Lho ?"
Kalau toh dipaksa nyoblos mengqada' seperti sholat, apa bisa ? wong surat suara sudah dibawa ke kecamatan.
Kalau toh pagi - pagi sudah terlanjur bangun, ya saya harus istikharah meminta petunjuk Tuhan dengan singkat, padat dan jelas...
" Ya Tuhan, Engkau pilih siapa ? kulo tumut kerso...."
Setelah itu saya kembali menyelesaikan tumpukan pekerjaan kemarin yang telah diberikan oleh Tuhanku. Karena ini lebih wajib dari hal apapun
Alasannya sih sederhana,
" Saya bukan orang lemah yang menyerahkan nasib saya kepada tenaga kontrakan lima tahunan. Dan saya juga bukan golput..alias golongan diampuu...ut tukang korup harta masyarakat.
" Saya adalah manusia yang punya kewajiban berkarya. Bukan budak isu dan angan-angan yang dikendalikan oleh segelintir orang."
Lho, berarti kamu tidak mematuhi pemerintah dan kekhalifahan !
Ups, jangan khawatir, pemerintah saya banyak. kemarin saya di perintah istri untuk nguras kolam ikan. Lalu si sulung merintah saya untuk mbetulin mainan yang rusak. Si bungsu tanpa kata sudah memerintah saya mengganti popok yang kena pub. Kakak saya memerintah untuk menjemput anaknya sekolah. Ibu saya memerintahkan untuk beli air galon. Dan banyak lagi pemerintah-pemerintah saya. ...
Dan sebagai warga pemerintahan yang baik, maka semua itu saya laksanakan sebagai bentuk pertanggungjawaban tugas kekhalifahan.
Sebab setiap manusia adalah pemimpin bin khalifah. Kalau saya sendiri belum bisa melaksanakan kepemimpinan pribadi dengan baik, apa bisa saya menentukan kepemimpinan yang lebih tinggi ?
Kalau sampean belum bisa membaca, apa bisa menentukan buku yang baik ? Jadi yang gradual dulu lah...melancarkan membaca, baru memilih buku yang baik. Jangan loncat-loncat kayak jurus kodok. Kaki belakang menendang yang di bawah, kaki depan bersikap mengerucut menyembah yang atas. Jadinya nggak karu-karuan seperti saat ini
Walah-walah...kok nglantur....
Ya memang kalau otak saya lagi berfikir model politik begitu itu. Sukanya menghubung-hubungkan, mencari pembenaran, membentuk opini, alasan dan undang-undang kebijakan yang jauh dari realitas bijak itu sendiri....
Kayak nggak ada kehidupan lain aja.....
wsb
Dody Ide
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar