Minggu, 31 Agustus 2008

Puasa, milis dzikrullah dan Samudera dzikrullah


Ada yang bilang puasa itu singkatan mengepaskan rasa. Orang Jawa bilang ngePosno roso. Kalau ada kata pas atau pos pasti ada kesesuaian dan alamat akhir. Tentu saja pas dan pos akhir kita adalah konektifitas antara mahluk dan Khalik.

Dua hal ini bagai sisi mata uang yang tak bisa dipisah tetapi jarang bisa dilihat secara bebarengan. Dan naif, akhirnya dianggap terpisah.

Orang yang pas, hatinya pasti sudah pos. Orang yang hatinya sudah ngepos pasti hidupnya akan selalu pas.

Sebenarnya konsep pas dan pos adalah konsep habluminannas dan hablumninallah. Pas itu habluminannas, pos adalah habluminallah.

Orang yang hatinya sudah pos di rumah Allah, pasti hidupnya tak kan pernah bentrok dengan manusia walaupun manusia lain membentrokinya. Orang yang pas lelakunya dengan orang lain, ia akan mudah mengeposkan hati kepada Allah.

Bila saja pas dan pos ini belum sejalan, dapat dipastikan semua anggapan tentang nilai luhur spiritual hanyalah masih angan yang seakan nyata. Walaupun seakan-akan haqul yakin dianggap sebagai pengalaman bernilai tinggi.

Kenapa ? kunci jawaban termudah adalah logika bidang kedokteran. Titik pusat semua itu adalah konsep kelenjar pineal, zat melatonin dan endorphin. Bila kelenjar pineal ini tersentuh secara mutlak dengan entah berbagai cara, pasti seseorang akan merasakan kenikmatan tak terbatas karena melimpahnya endorphin..

Nah, dari sini kalau ujung-ujungnya ke arah itu, ngapain capek-capek melakukan proses spiritual ? mending langsung ke dokter minta suntik semacam valium atau modecate dan sejenisnya. Toh hasil akhir sama.

Saya sendiri pernah ngobrol dengan bekas pecandu berat yang kemudian tobat berat melalui proses dzikrullah. Secara terus terang ia ngomong, bahwa pengalaman yang didapat sama. Ia pernah di wilayah tak terbatas. Indah tiada halangan tiada apa-apa. Lalu tinggal kearah mana kesadaran itu digerakkan. Jadi si kesadaran aku itu tetap tahu dan punya kehendak ingin kemana.

Lhadalah...lha kok sama ? ups, jangan khawatir, tetap ada beda. Kalau kita paham akan konsep puasa, disinilah rentang perbedaan. Konsep rentang haq dan bathil.

Puasa itu melatih seseorang menguatkan diri kedalam, meretas jalan la haula walaquwwata ila billah....

Puasa adalah metode mencari kebahagiaan tanpa menggantungkan dunia luar. Puasa menyuruh manusia mengurangi ketergantungan dunia luar dan melihat ke dalam diri atas anugerah yang luar biasa.

Tak lain karena penciptaan manusia lengkap adanya. Sempurna bin kumplit. Apa yang ada di jagad luar makrokosmos sebenarnya sudah ada di dalam diri manusia. Perbedaannya hanya masalah besaran materi. Tetapi sudut hirarki keilmuan dan pencerapan fungsinya sama saja.

Sedangkan seperti narkoba, seseorang akan sungguh-sungguh tergantung mencari kepuasan dari luar diri. Semakin instan kepuasan itu didapat, semakin tergantung pada dunia luar, maka semakin besar kerusakan akan sesuatu. Atau yang biasa kita sebut dosa.

Coba kita lihat, sesuatu yang sangat nikmat secara materi saja dan bersifat instan, pasti terkategorikan dosa besar alias haram. Misalnya, babi. Miiss pigy ini konon kelezatan dagingnya tak ada yang menandingi. Zina, pasti paling enak karena tak perlu ada urusan tanggung jawab sosial. Korupsi alias nyolong ya sama saja. Semua itu sebuah kenikmatan tanpa ada ilmu kekhalifahan. Semua bersifat merusak.

Jadi narkoba itu bukan sekedar sintetis kimiawi adiktif, tetapi sebuah sifat yang sangat tergantung ke dunia luar. Padahal entah itu mulai dari sabu sampai kandungan emas di planet mars semua yang dicari hanyalah benda mati. Berhala. Bahkan buku –buku ataupun tulisan ini bisa jadi berhala narkoba bagi yang ketagihan membacanya.

Tapi yang lebih mafia dan high class model narkobanya adalah mencuri selendang Allah . Apa itu bu …? Kemuliaan anak – anak…catat ya anak-anak…K-E-M-U-L-I-A-A-N. Ya bu guru… Inilah narkoba terhebat dan bejibun orang yang rontok menghadapinya. Narkoba ini sangat halus kualitasnya dan meminta perhatian dunia luar dengan cara yang lebih eksekutif dan terdidik.

Banyak orang yang najis melakukan hal - hal haram yang tertera secara jelas dalam kitab suci tetapi tidak bisa melewati larangan yang samar di dalamnya. Yaitu tidak betah untuk tidak dianggap mulia. Sebab larangan ini lebih ke arah konsep bathin dan langsung mengarah pada pasal-pasal kemusyrikan.

Nggak heran nabi paling takut bila umatnya mengalami syirik kecil ini alias riya. Karena seberapa hebat bangunan laku spiritual akan nol dan ternetralisir oleh sebiji sawi riya’. Masalahnya karena hanya sebesar biji sawi, ya banyak orang tak sadar dan mau mengakuinya.

Biasanya rasa kemuliaan ini merasuki seseorang yang ingin dikenang, menjadi tokoh, masuk sejarah dan sebagainya. Entah melalui karyanya, tulisannya, foto-fotonya dan berbagai jenis lain. Walaupun sih tidak semua begitu.

Sehingga secara tak sadar ia membelokkan kesadaran manusia dari pandangan Allah menjadi memandang dia alias secara malu –malu minta dikultuskan. Tak peduli itu setingkat kultus wiraswasta partikelir kecil-kecilan atau sampai tahap negara.

Intinya ia ingin menjadi center point. Dan ini bisa menjangkiti siapa saja. Entah itu bintang panggung sampai guru spiritual sekalipun. Apalagi model orang seperti saya….hiks,

**

Puasa adalah ilmu kesempurnaan mengenal mahluk hayati yang bernama manusia.Yah, puasa mencari sesuatu yang hidup, Al Hayyu. Itu semua ada dalam diri manusia. Tak akan di temukan di dunia luar walaupun suatu saat ada kendaraan canggih yang bisa mengantarkan kita bertamasya antar galaksi atau menyambangi pusaran blackhole.

Dan sesungguhnya di dalam sholat yang benar adalah konsep puasa. Seluruh gerak tubuh, ucapan dan fikiran dipuasakan, direhat. Sang Aku hanya boleh berbuka dan berlebaran di dalam Allah. Inilah kenapa puasa adalah satu - satunya ibadah rahasia. Karena hanya kita dan Allah yang tahu.

Kuncinya semua itu, puasa menjadi kendaraan mencari kebahagiaan dalam diri. Kebalikannya, orang yang mengumbar nafsu adalah orang yang ngotot mencari kebahagiaan di luar diri.

Kalau saja kita tetap ngotot mengandalkan kekuatan luar diri dalam berpuasa, wah pasti kita akan diombang-ambing nggak karu-karuan. Bayangkan iklan di TV. Yang sakit mag harus sedia obat mag, yang lemes harus sahur isotonik.

Yang punggung nggak kuat terawih harus sedia susu tulang. Yang mukenanya sering kepakai harus beli shampoo dan pelembut. Belum lagi obat kumur biar ketemu bos nggak risih. Dan banyak lagi produk yang harus kita beli saat menyambut puasa.

Di bulan puasa kita malah konsumtif. Padahal nabi ketika puasa malah mengandalkan dua biji kurma saja. Akhirnya nggak salah kalau orang kapitalis menyindir orang beragama dengan ketusnya : “ Kamu itu bisanya bilang alhamdulillah dan bahagia kalau menerima uang dan menikmati produk kami toh ! Makanya dahulukan kami ! sisanya baru deh masuk kotak amal !

Maka jelas ayat Quran bahwa Allah tak merubah nasib suatu kaum selain kaum itu mau merubah diri sendiri. Yang di maksud sama sekali jauh dari yang dinamakan perubahan kemakmuran materi dalam pandangan umum, melainkan berubahnya kualitas dalam diri manusia karena telah mengetahui Yang Maha Hidup.

Mengapa demikian mbah…? Karena perubahan kemakmuran materi adalah proses lumrah evolusi sunatullah. Allah telah menggilirkan kejayaan suatu kaum secara simultan bergantian tanpa bisa ditawar siapapun juga ( Ali Imron : 140 ).

Banyak orang bertambah melimpah materi tetapi tidak bertambah lapang dada. Tapi lebih bertambah sibuk dan khawatir itu sangat jelas. Jadi ya tak ada yang berubah dalam kualitas hidupnya selain besaran volume materi. Jelasnya, kualitas unsur hidupnya menurun, tetapi kualitas unsur mati benda materinya memang meningkat.

Seperti yang pernah dikeluhkan Mas Niel ( salah satu anggota milis ini ), Di wilayah kerja beliau dipenuhi dengan orang yang sholatnya jangkep, rata – rata haji pula. Tapi, naudzubillah, kerjaannya nggunduli hutan hampir seluruh Indonesia.

Perumahannya mewah –mewah tapi masyarakat adat sekitar dan fauna tak terurus. Sampai –sampai Mas Niel pengen nggak mau sholat lagi melihat kontrasnya perilaku orang sholat.

Seakan sudah ada hegemoni pemikiran masal beserta pembenarannya bahwa waktu sholat ya sholat, waktu nyolong ya nyolong. Nggak ada masalah kok….

Sempat miris juga melihat rejeki manusia Indonesia di makan habis hanya oleh beberapa orang. Seperti kemarin saya dapat majalah bulanan luthier ( pembuat gitar ) dari Amrik. Begitu membuka halaman awal, wow…Malaysian blackwood dengan nama latin diospyros ebonasea atau orang sering menyebut kayu eboni Kalimantan. Harganya ? 2 lembar ukuran -+ 20 cm x 56 cm dengan ketebalan hanya 4 milimeter dijual seharga $ 336….!!!

Hmmm andai saja hutan kita diolah dengan benar dan amanah, tentu masyarakat Kalimantan sangat makmur...

Saya juga pernah njawab ke Cak Kariyan, ya ini lho cak namanya sin loundy atawa pencucian dosa, bukan sekedar money loundry.

Kalau sin loundy itu misalnya saya dagang kayu spanyol ( separuh nyolong ) senilai satu triliun, lima ratus M buat deposito tujuh turunan, 500jt buat usaha mini market biar kelihatan jadi tokoh sederhana, yang semilyar buat naikkan haji saudara dekat dan orang sekampung, yang sembilan puluh sembilan M buat bikin yayasan sosial dengan cabang seantero nusantara, seratus M untuk urusan hukum dan legalitas, sepuluh M untuk menyumbang aktifitas tokoh moral, sisanya bikin partai atau jaringan berbau agama dan punya manajemen isu yang gampang menyerap pendukung . Di jamin pasti mulia dan selamat !

Wah, kalau model begini sudah nggak pas, nggak ngepos pula. Sholat hanya sebagai prosesi hidup menuju kenikmatan luar diri, penguasaan-penguasaan materi dan pengakuan-pengakuan kemuliaan di depan mata manusia. Nggak beda dengan ritual babi ngepet ya tujuannya hanya ritual mencari pesugihan dan kasuwur.

Ah, tapi ini sekedar omongan iseng antar anggota milis yang kenal lewat majelis dzikrullah ini. Jangan terlalu diseriusi. Mungkin para saudara – saudara kita ini lagi ngudarasa karena tak pernah di tanggapi di forum – forum mulia.

Lha tapi nylonong curhatnya kok ke saya ? kalau saya presiden, pasti sudah tak gites orang- orang yang suka mbabat hutan ini. Nggak peduli apapunn resikonya. Wong saya pemimpin kok !

Masalahnya saya ini cuman sebatang kara hamba Allah yang kedekatannya dengan Allah pas-pasan. Jadinya ya cuman bisa berdoa semoga saudara –saudara ini dilapangkan dada dan di lepaskan dari kungkungan lingkungan kerja yang menyesakkan dada.

Semoga atasan - atasan yang ingkar ini bisa tunduk pada saudara-saudaraku yang mencintai Allah. Tak peduli seberapa tinggi jabatan itu. Yah, hanya bisa itu saja…

Karena entah akhir -akhir ini beberapa saudara dari milis dzikrullah protes ke saya. Kok tulisan dan keluhan – keluhan saya nggak pernah dimuat ? lho yo emboh rek...! kata saya. Nggak tahu wong saya bukan pengelola, saya sama seperti sampean...sekedar musafir goro-goro...

Berbaik sangka saja, mungkin ada restrukturisasi, mungkin pada sibuk cari nafkah, mohon mahfum wong jadi moderator nggak ada bayarannya padahal sangat menyita waktu, Jadi bersyukur saja karena selama ini kita sudah diwadahi.

Atau mungkin server down, tumpukan arsip email yang akan di posting terkena virus, mungkin juga ada aksi hacking pencuri data sehingga email kita nggak nyampe atau terserobot seperti kasus berita Abu Sangkan dulu...

Tapi memang tugas moderator itu berat. Tugas utama adalah berjiwa moderat karena asal usul kata dari situ. Kalau tidak punya jiwa moderat, mungkin milis ini lebih cocok disebut e-zine gratis. Sebab yang termuat bukan sesuatu yang dimoderatori, melainkan lebih bersifat redaksional.

Cara berfikir redaksional adalah memilah berita yang hanya sesuai untuk tujuan oplah dan populis.

Beratnya seorang moderator adalah kemampuan menyimpulkan, mencarikan titik temu dan memberi rasa keadilan dari pihak yang sangat ekstrim dan berseberangan tanpa ia ikut terbawa arus pemikiran kedua belah pihak.

Tujuan akhir agar para penyimak bisa mempunyai pandangan yang sangat beragam. Keberagaman pandangan inilah yang membuat penyimak bisa mengikis dominasi kultur pemikiran ataupun kultus individu.

Penyimak pun akan lebih berani jadi diri sendiri, mengenal diri sendiri dan mau menunjukkan orisinalitas jatah diri dalam hidup yang singkat ini. Dan memang itulah goal tuntutan Allah kepada Manusia. Beribadah kepadaKU. Menjadi yang abid, yang tahu posisi diri.

Jiwa moderator haruslah seluas samudera. Kalau dalam konsep Islam, bangkai pun bisa halal untuk dimakan bila ia berada di tengah lautan samudera. Mangsudnya bila hati kita sudah seluas samudera, dengan sesuatu yang kita anggap tidak sesuai, jijik, kotor, nyleneh, norak, sudah tidak masalah. Karena barang-barang itu akan larut netral terkalahkan dengan sendirinya oleh kehebatan samudera.

Begitu ikhlas dan legawanya samudera. wong bangkai saja bisa diterima dengan terbuka, apalagi bila yang datang adalah seorang anak manusia dengan semangat menyala-nyala membawa ide di kepala tentang pemaknaan ajaran Islam yang begitu ia cintai.

Hal ini ditamsilkan, bahwa Allah saja tidak jijik dan tetap memberi ruang hidup lalat atau kecoak kutu busuk sekalipun. Karena Allah Maha Tahu dibalik segala kejadian dan penciptaan.

Kalau kita masih takut terhadap sesuatu pemikiran atau pemahaman yang berlainan, mungkin kita belum seluas samudera. Bisa jadi masih sekelas anak sungai, bahkan got dimana kotoran kecil saja sudah bisa membuat sumbatan dada dan puyengnya kepala.

Di sisi lain, repotnya juga, pencari jalan ruhani menganggap samudera bagaikan oase di tengah gurun pasir. Padahal samudera bukan untuk diminum. Sebab air itu takkan pernah habis, juga takkan melepas dahaga. Fungsi samudera adalah untuk diselami dan dinikmati. Agar bertemu mutiara termahal di kedalaman misteri dasar laut.

Jadi dari sekian panjang lebar nggedabrus belajar menjembatani antara beberapa anggota milis, saya hanya bermaksud belajar meneruskan pepatah kuno, saling asah asih dan asuh melalui metode puasa yang akan kita hadapi.

Itulah maksud melatih diri berpuasa. Mencari sesuatu ke dalam diri agar bisa pas di segala model manusia. tak lain agar hati benar-benar tepat nge Pos di rumah Allah yang Maha Luas tak terbatas melebihi tujuh samudera........

Benar – benar telah tahu bahwa Sang Aku benar - benar Satu adanya. Tak terpisah apapun

Walau dipenjara oleh beragam daging dan pemikiran. Allah tak bisa dimonopoli. … Allah ada di hatimu, di hatiku , di hati kita…tak terpisah. Siapapun manusia itu...

Dan semoga milis dzikrullah benar-benar bermetamorfosis menjadi samudera dzikrullah yang mampu menampung segala ragam jenis manusia. Bahkan kalau perlu memoderatori tikus atau ulat sekalipun. Asalkan punya ilmunya nabi Sulaiman….

Selamat menjalankan ibadah Ramadhan…

Dody Ide

Rabu, 20 Agustus 2008

Aku Pengen Jadi Caleg Selebritis



Caleg ? Upss !!!...terlalu muluk ...!!! Tidakkk..!!! Itu fitrah dasar manusia.

Saat ini banyak sekali para profesi penghibur di tanah air menjelma menjadi caleg melalui pintu parpol. Sudah tentu faktor utama yang dijadikan parameter perekrutannya adalah konsep panggung hiburan. Semakin menarik dan menghibur, semakin banyak tiket yang dikantongi penyelenggara, semakin tersenyum hati Pak Untung. Sialnya nasib masyarakat kita ini dianggap lembaran tiket yang siap disobek-sobek di pintu masuk pertunjukan.

Terlalu rugi kalau menanggapinya dengan serius sampai makan hati. Wong jelas panggung sandiwara dunia kok disikapi sampai nggerogoti rempelo. Saya begitu geli dan tidak bisa membayangkan seandainya masyarakat dan para selebritis klop bersinergi mengukuhkan dunia fantasi kemakmuran tanpa keringat. Yang satunya bermodal merasa punya dana dan ketenaran plus sedikit hafal kamus ilmiah kepolitikan, sudah merasa bisa mumpuni menyelesaikan kompleksitas masalah masyarakat. Satunya hanya bermodal mengagumi, berharap simsalabim perubahan nasib secara instan.

Akhirnya ya nasib masyarakat persis kayak mie instan. Ada mie instan rasa sapi, rasa udang, rasa ayam, tapi, sapi, udang dan ayamnya nggak pernah ada sungguhan. Kecuali hanya sebatas judul dan foto bungkus. Otomatis tak ada yang berubah. Mie mie lagi mie mie lagi...

Pasal kegelian saya sih sederhana, parameternya bukan hitungan politik yang njlimet. Tapi sebuah konsep sederhana makna sebuah kemampuan kepemimpinan, sebuah konsep perwakilan kehendak masyarakat. Tentu saja yang saya jadikan model ideal ya Kanjeng Nabi Muhammad. Seorang pemimpin itu kalau ada acara makan-makan, ia yang paling belakang mengambil piring. Kalau ada musuh, ia yang maju duluan menanggung resiko. Ia mampu menjadi pion sekaligus raja dalam sebuah laga percaturan politik. Dan yang paling penting, kalau ada orang minta tolong, apa yang ia punya diberikan semaksimal mungkin.

Karena perkara pengangkatan kepemimpinan, Rasulullah yang sebelumnya saudagar dan kaya raya, akhir hayatnya jatuh miskin secara duniawi. Tak lain hartanya habis untuk mengentas kegelapan umat. Jadi kata kunci pemimpin sejati adalah : Pemimpin = Tombok. Dan itu telah dibuktikan para pendahulu -pendahulu kita sehingga Nusantara pernah ( sekali lagi, pernah ) menjadi negeri gemah ripah loh jinawi. Toto tentrem kerto raharjo.

Lha kalau selebritis kita ? boro - boro ngasih bantuan pada persoalan masyarakat yang begitu perih dan kompleks, lha wong diminta memberi tandatangan saja sudah pontang - panting mengunci pintu rapat -rapat. Apalagi ini bakal diminta nomboki kebutuhan beras ribuan penduduk...

Ahh, tapi ini semua sih sekedar pikiran lucu saya saja. Jangan terlalu diseriusi. Jadi itung - itung daripada serius ngurusi persoalan remeh temeh yang kayaknya bikin heboh itu, lebih baik saya berdoa kepada Allah :

" Ya Allah, jadikan saya seorang caleg selebritis. Semua pasti bisa atas Satunya Kehendak....Kun fayakun...jadi maka jadilah...Blar !!! tiba-tiba seakan saya bermimpi jadi caleg selebritis. Wuiihh indahnya hidup ini...tak ada halangan apapun didepan...semua serba lapang, serba mudah, serba barokah.

Yah...aku pengen jadi caleg selebritis yang sesungguhnya. Caleg alias calon legowo. Alias manusia ikhlas. Segala gerak gerik hidup kita telah "dilegowokan" Allah. Segala persoalan terasa ringan walau kenyataannya berat. Otomatis akhirnya hidup kita berubah menjadi selebritis sepanjang waktu.

Yah... seorang selebriter...seorang yang tiap hari berpesta merayakan kemerdekaan hidup. Tak melempem oleh tekanan hidup. Tak marah - marah melihat ketidakcocokan konsep. Tak melengos kalau disambati orang kesusahan. Tak terjajah oleh alam materi maupun alam fikiran. Tak terasa apa-apa selain adanya kelapangan dada yang seluas padang mahsyar.

" Hayo siapa ikut ? saya punya formulirnya, gratis ! tak bantu ngisi...paling cuman beli materei...Sayangnya materei itu tidak bisa diisi tandatangan karena bukan selembar kertas. Bisanya cuman diisi tanda hati. Sebab materei itu nominalnya tak ada dan hanya berisi kalam " Cintakah engkau kepadaKU ...?

Dan hanya diri kita sendiri yang tahu kadar itu...

Wassalam, Caleg nomor sepatu

Sabtu, 16 Agustus 2008

Antara Tauhid, Togel dan Hari Merdeka



Seperti rutinitas tujuh belasan, tanggal enam belas malam saya mengikuti tasyakuran di kampung. Kayak yang sudah - sudah, sambutan selalu diikuti dengan ucap kata " mari kita panjatkan puja dan puji kepada Tuhan YME..." Setelah itu realitasnya mari kita panjatkan pohon pinang...Maksudnya, memang mental keseharian kita ya masih begitu. Berdoa kepada Allah, merasa yakin Allah yang Maha Memberi rejeki, tapi kelakuan di kerjaan kantor kayak lomba pohon pinang. Meniti karir tertinggi yang memang licin sambil menginjak kepala teman sendiri. Demi perolehan hadiah - hadiah, penghargaan - penghargaan dan juara - juara.

Di kampung banyak sekali orang suka togel. Dan akhirnya saya ketularan juga untuk berfikir model togel. Bagaimana tidak, tiap malam jumat kebagian jaga ronda dan harus menjadi pendengar setia para togeller ( sebutan saya bagi penikmat togel ) mencari persesuaian angka. Tapi untungnya kok ya malam Jumat ( lho ? )...maksudnya malam jumat adalah malam yang begitu di muliakan dalam ajaran Islam. Sehingga saya sangat terbantu kondisi malam Jumat agar tidak kesababan ikut - ikut beli togel. Dan dibalik semua itu, memang ini adalah ujian untuk menemukan hikmahnya, khususnya di malam pitulasan ini...

Karena ilmu togel bukan ilmu ilmiah, jadi saya tidak bisa membandingkan dengan ilmu ilmiah layaknya saya tidak bisa membandingkan enak mana pakai celana atau pakai baju. Semua ada wilayahnya tersendiri. Banyak orang yang tak tahu bahwa ilmu togel itu adalah ilmu otak atik gatuk alias mencari persesuaian untuk disesuaikan. Bahasa kerennya asumtif predictible tentunya dengan pola dan variable tersendiri. Kalau bahasa jadoelnya ya ilmu nujum.

Kenapa orang kampung suka togel ? sederhana, karena itulah satu satunya harapan hidup diluar kemampuan mendapat upah tertinggi . Mungkin itulah jawaban paling bijak. Sebab kalau kita menjawab karena mereka kurang pendidikan, lalu apa kita ini yang di kota -kota dan makmur ini mau mendidik mereka dengan free charge agar jiwa mereka terevolusi berubah menjadi pebisnis handal ?

Nah, tugas saya di sini memang agak berat karena, pertama, saya kurang pinter dakwah ngomong. Kedua, saya relatif penghuni baru di kampung. Jadi sementara ya uneg - uneg ini saya tumpahkan di sini, eehhh siapa tahu bisa di praktekkan di daerah masing - masing yang terkena demam togel.

Tugas utama adalah men-change of mind-kan bahwa togel bukan satu -satunya harapan hidup. Goalnya, agar mereka mampu menemukan bahwa Allah lah satu -satunya harapan hidup. Tentu saja bukan dengan cara mendakwahi mereka dengan hunjaman ribuan ayat. Tetapi ya ngobrol dari hati ke hati dengan pola berfikir mereka. Misalnya yang lagi saya persiapkan untuk ngomong kepada mereka ( semoga terlaksana ), Bos, sekarang kan hari Indonesia merdeka, ayo kita ramesi angka -angkanya yang bisa menjebol rejeki besar - besaran.

Indonesia merdeka tanggal 17 - 8 - 45. Bila kita gabung, ketiga angka itu akan berjumlah 70.Tujuh puluh terdiri dari dua angka yaitu 7 dan 0. 7 adalah konsep hari terciptanya langit bumi, atau tingkat langit dan surga, Konsep Al Fatihah, atau lengkapnya tujuh bagian unsur fisik,tujuh lubang angin tubuh atau 7 patrap unsur cakra ruhani atau 7 konsep pola mengemukakan cara berfikir . Intinya semua angka tujuh adalah angka pengolahan atas penciptaan dan pencapaian. Sedangkan 0 adalah tak terhingga, tak ada namun ada, dekat tapi tak terjangkau, berdiri sendiri, merdeka.

Setiap orang yang mampu menerapkan salah satu konsep tujuh sampai tuntas, ia akan bertemu kemerdekaan atau kemakmuran hidup. Berjumpa Angka 0 ! Ketakterhinggaan. Jadi kalau sampean ingin makmur dan berubah nasib menggapai jiwa lapang, ya paling tidak salah satunya unsur tujuh harus di tempuh sampai finish. Dan itu hak dasar dan bekalan yang telah ada dalam diri semua manusia. tanpa ada sebab akibat strata sosial.

Lalu, apakah Indonesia akan makmur setelah presiden ke 7, ataukah setelah merayakan HUT ke 70 ? ya monggo di ramesi sendiri - sendiri. Karena bagi saya semua bukan kebetulan, tapi kebenaran yang telah tertulis di lauhil mahfudz. Yang penting sampean per individu harus merdeka. Jangan menggantungkan negara. Wong negara itu sebenarnya sangat tergantung kepada kita. Sebab apalah arti negara bila tak ada rakyat. Karena di sini bukan negeri hantu yang ada namanya tapi tak ada penghuninya.

Jangan bingung siapa pengelola negara, jangan bingung ideologinya apa tetapi fokuskan angka 70 itu. Sebab kenyataannya angka itu adalah rahmat pemberian Allah sesuai yang telah terucap oleh sang proklamator.

Jadi, ayo tomboki angka 70 itu agar kita dapat rejeki besar. Itu bukan angka main-main ! Tapi bukan tombok kupon, tetapi tombok keringat yang sama sekali jauh dari kata instan atau angan - angan yang seakan di nyata-nyatakan. Tombokilah dengan salah satu tujuh unsur yang engkau bisa. Agar engkau berjumpa dengan 0 ! Ketakterhingggaan, spaceless, timeless, kemakmuran, Kemerdekaan !

Lalu seandainya kalau ada tetangga yang tanya pada saya, lho kok angka 19 tak diikutkan ? Seharusnya kan 1945 ? He...he saya jawab aja nge les sekenanya ..lho itu kan angka abad, 1 bertemu 9 kan lagi-lagi nol juga...dan 19 abad itu tidak masuk sejarah kehidupan modern kita. Soalnya para pendahulu kita yang dapat jatah mempraktekkan. Dan semua telah mempraktekkan konsep tujuh nol ini sehingga bumi nusantara selalu gemah ripah loh jinawi mulai jaman sebelum indonesia ada, jaman para wali, jaman ratu Sima yang berani memotong tangan anaknya sendiri karena korupsi sampai jaman glester homo erectus manusia Trinil yang hidup berjuta abad lampau.

Begitu banyak contoh dari para pendahulu kita tentang keseimbangan hidup...apa kamu masih membantah dan mengingkari ?

**

Sebenarnya bagi kita yang punya kekuatan berfikir ilmiah, menebak togel itu sih gampang banget ( Lho kok urusan itogel jadi dibawah ke ranah ilmiah ? ). Dan itu bisa di jadikan modal dakwah untuk menaklukkan mereka yang gemar judi. Bagaimana tidak, lha kita yang hi tech ini kan sangat bisa menguasai ribuan rumus dan model angka entah itu biner, heksa atau fibonacci berserta pola pergerakannya. Sedangkan togel kan sangat sederhana, cuman menganalisa dua sampai enam deret angka.

Di dalam pelajaran ketauhidan banyak sekali teman -teman yang dengan mudahnya bisa mengetahui umur seseorang bahkan sampai tingkat detik. Atau kapan penyakit ini selesai tugasnya menghinggapi seseorang. Atau punya kemampuan semisal mengetahui dengan persis kapan selembar daun jatuh dari rantingnya. Dengan modal itu mereka sering menggoda pecandu togel dengan memberi angka. Apakah ini ilmu nujum, ataukah mereka punya derajat variable referensi keilmiahan yang sangat eksak dan komplek, atau berkah ketulusan mencintai Allah ?

Cendekiawankah mereka ? atau sesatkah mereka ? atau wali kah mereka ? Wallahu a'lam, sebab setahu saya teman - teman itu ya sekolahnya nggak tinggi - tinggi amat, ibadahnya ya biasa - biasa saja, tapi juga sama sekali tidak jahat ataupun bermain klenik semacam sesajen atau ngalap berkah.

Mereka hanyalah petani yang menanam bibit dan mengairi tanah. Agar tetap subur dan semua bisa makan. Walau mereka tak pernah mendapat imbalan apa -apa dan tak akan pernah masuk dalam catatan para pelaku sejarah. Persis seperti nasib petani dan buruh Indonesia yang ada di kampung saya. Merdeka !!!

Wassalam, semoga bermanfaat

Dody Ide

Minggu, 10 Agustus 2008

7 Langit 7 Bumi ( bag 2 )


ANAK - ANAK

Wuiih cerianya....Mereka bermain bersama dengan segala hiruk pikuknya. Kemampuan bermain petak umpet, congklak, video game, dan sejenisnya secara tak langsung telah menginspirasi mereka untuk mematuhi segala aturan main kehidupan.

Sebuah perrmainan memang harus diciptakan dengan peraturan tertentu agar semua bisa merasakan perolehannya dengan adil. But, kalah menang bukan tujuan mereka. Berkumpul ceria bersama adalah satu-satunya tujuan sehingga mereka mampu mengalihkan dan meruntuhkan fokus rasa kebanggaan dan kemurungan akibat kalah menangnya sebuah permainan.

Permainan anak-anak itu telah mengasah bangunan kepatuhan bernafaskan keceriaan serta berlandaskan kesadaran berkumpul dan rasa saling membutuhkan. Anybody play the game. Seakan mereka berkata kepada manusia dewasa " bagaimanapun hidup ini hanyalah sebuah permainan walau kadar kerumitannya berbeda, yang penting patuhi peraturan dan tetap berkumpul agar hidup tetap terasa hidup "

Bermain menjadi proses belajar yang sangat-sangat menyenangkan sehingga terkadang para orang tua sangat khawatir. Mau jadi apa kalau begini terus...kerjaannya cuman main nggak mau belajar....Kalimat mau jadi apa adalah sebuah ungkapan perasaan kekhawatiran terdalam sekaligus pemaknaan terdangkal yang keluar dari benak orang tua.

Mantra mau jadi apa tak lebih dari sebuah rentetan perjalanan filosofi engkau dilihat siapa engkau melihat siapa. Semua terfokus pada luar dirinya. Sebuah filosofi kebutaan akan diri sendiri yang sangat jauh dari sebuah ketulusan perjalanan hidup.

Tak pernahkah kita berfikir untuk memfokuskan ke dalam diri ? Aku dijadikan sebagai apa ? siapakah yang sebenarnya menggerakkan diriku ? kemanakah aku ketika tidur karena aku tak ada walau tubuhku tetap ada...Tubuhku kah aku ? pikiranku kah aku ? perasaanku kah aku ? siapakah aku sebenarnya?

Pendidikan yang terarah ke dalam diri akan membuat anak mempunyai kecerdasaan tak terhingga. Tak hanya sebatas kecerdasan intelegensi, emosional, atau spiritual karena kecerdasan yang sesungguhnya tak mengenal istilah itu. Makna kecerdasan dalam diri anak itu telah berubah menjadi kecerdasan timeless dan spaceless.

Kemanapun dan kapanpun ia berada, ia merdeka karena ia sadar seluruh hukum semesta telah menjadi realitas dalam dirinya. Ia menggenggam tanpa menggenggam. Ia memiliki tanpa memiliki. Ia berfikir tanpa berfikir. Semua daya kecerdasan itu menyusup begitu cepat melebihi kecepatan cahaya.

Tapi sanggupkah orang tua memiliki anak seperti ini ? sebab perjalanan orang tua selama puluhan tahun dapat diringkas oleh anak hanya menjadi sekerdipan mata. Bisa-bisa secara maknawi anak itu berubah menjadi orang tua atas orang tuanya sendiri.

Maka seharusnya berbahagialah para orang tua bila anaknya mampu memberi masukan - masukan yang positif demi terarahnya rentetan perjalanan menuju keabadian yang sekian lama telah terlupakan, sebab ia adalah anak yang terpilih untuk memiliki kecerdasan itu. Maka rawatlah dengan kedalaman pengenalan diri agar kecerdasan itu menjadi nyata senyata-nyatanya.

Tak terasa... mereka tetap bermain dengan santainya. Para orang tua bekerja dengan seriusnya demi masa depan mereka. Santai tapi serius, serius tapi santai, mudah diucapkan tetapi menjadi momok kala diterapkan pada kehidupan keluarga karena sang anak terbiasa dengan santai sedangkan orang tua terjebak dengan keseriusan.

Tak terelakkan terjadi tawar menawar kedua sifat yang berlawanan itu. Untuk mencapai hakikat serius tapi santai maka harus tercipta keseimbangan. Sebagai orang tua yang berjiwa besar terlebih dulu ia harus mengosongkan sebagian ruang serius untuk diisi kesantaian anak. Secara otomatis bagian kesantaian anak terkurangi karena telah bersinergi diberikan kepada orang tua. Seketika itu kekosongan pada diri anak harus diisi dengan keseriusan yang bermakna, bukan tumpahan keseriusan dari kebuntuan menghadapi kehidupan.

Mau tak mau hakikat santai tapi serius, serius tapi santai menjadi pekerjaaan rumah yang tak terelakkan. Pekerjaan ini bagaikan pekerjaan dagang yang ekstrim, untung satu untung semua, rugi satu pasti rugi semua. High risk high return. Tak ada cerita menang-menangan yang satu untung yang satu rugi atau sebaliknya karena bila ini terjadi maka tinggal menunggu ledakan bom waktu yang membalikkan bumi.

Suatu saat yang merasa untung di depan akan rugi belakangan, yang dirugikan di depan akan untung belakangan. Blar ...! hilanglah kebersamaan dalam keluarga itu karena masing - masing kepala sibuk berhitung atas perolehan - perolehan diri.

Tokkeek...untung...tokkeek...rugi...tokkeek...untung...tokkeek...rugi...dst takkan pernah usai.Yang ada tinggallah angan - angan dan kejengahan sisa hidup.

Waktu terus berjalan cepat. Hari demi hari orang tua mengoperasi membedah tubuh dan jiwa anak untuk dimasuki segala sesuatu yang dianggap paling ideal. Buang sana buang sini, tanam sana-tanam sini, program sana-program sini, pecah sana pecah sini.

Tanaman-tanaman dari orang tua itulah yang menyebabkan ia mempunyai sekat-sekat hidup yang bernama golongan, suku, bangsa, agama dan ras. Kelak bila sang anak tak mampu menemui kembali kesatuan akan keragaman itu, ia akan mudah merasa terasing terpenjara dengan segala bentuk kejadian entah itu susah maupun senang.

Namun jika anak ini dapat menemukan kunci bahwa semua keberagaman itu asalnya satu jua, maka kediriannya akan melesat kembali menjadi bentuk cahaya yang menerangi segala penjuru dada dan fikirannya.

Wasb



Dody Ide

Jumat, 01 Agustus 2008

7 Langit 7 Bumi ( bag 2 )


BAYI

Aduh lucunya bayi ini...hampir seratus persen yang hidup duluan akan berkata demikian. Begitu suci bersih dari nilai buruk maupun nilai baik karena ia belum melakukan perjalanan apapun di dunia ini.

Tak ada nilai bagi sang bayi karena belum tertorehkan coretan tinta setitikpun pada kertas kehidupannya. Sorot matanya cerminan keheranan yang luar biasa atas perubahan alam yang ia lalui. Dari alam yang penuh keheningan dan penuh kecepatan cahaya berubah ke alam yang lambat dan butuh banyak perkakas untuk mencapai sebuah tujuan.

Sang bayi masih terlihat merindukan alam keheningan seakan-akan pandangan matanya menyihir merayu setiap mahluk dewasa untuk mengikutinya kembali ke alam itu. Namun mahluk dewasa banyak yang lupa akan kondisi alam itu sehingga ketika memandang sang bayi mereka hanya bisa sebatas berkata " aku kangen...aku rindu...aku gemes...aku damai memandangmu... tanpa tahu kerinduan itu diteruskan kepada apa.

Orang-orang itu mengerubuti, menciumi pipi, kening, hidung, mengendus-endus mencari dimana titik pusat kekangenan dan kesucian nan damai itu. Namun mereka takkan mampu menemukan letak yang sesungguhnya karena wujud sang bayi hanyalah sebatas perantara kesucian dan keheningan...

Si mungil mulai menemui keterbatasan-keterbatasan hukum ruang dan waktu. Beruntung, Sang Penuntun dalam dirinya selalu mengajari bagaimana menyesuaikan batasan tubuh dengan konsep ruang waktu. Ia diajari oleh cahaya pengetahuan wujud dengan gerakan terlembut dan tersamar sehingga orang yang paling dekat dengannya tak mampu merasakan pertumbuhan itu.

Serasa masih kecil mungil tiba-tiba kok sudah minta kawin...begitu kata para orang tua.

Di satu sisi cahaya pengetahuan rasa mengenalkan berbagai kedalaman dari hasil tangkapan indra. Kedua cahaya ini berpendar terpecah memasuki ruang masing-masing yang akhirnya terhenti bersemayam di otak kiri dan otak kanan.

Roda dunia dalam dirinya mulai bergerak berputar mengikuti segala bentuk hukum yang ada. Detik demi detik cahaya wujud dan cahaya rasa ini mulai bersinergi dengan dunia. Cahaya wujud selalu bergerak rapi dan terukur mengikuti segala bentuk perubahan materi baik yang sebesar gunung sampai inti atom yang terkecil. Cahaya rasa mempunyai gerak lompatan tak beraturan tapi mempunyai kemampuan menyimpulkan makna hukum pergerakan materi secara cepat dan luar biasa.

Sang bayi memulai segala proses penyesuaian hidup dengan terbata-bata. tak ada peraturan benar dan salah dalam dirinya, yang ada hanya mencoba dan mencoba. Menjauhi yang tidak cocok, mencari yang menyenangkan. Cocok nggak cocok, enak nggak enak, suka nggak suka telah menjadi bangunan konsep tersendiri berdasar atas pengalaman pribadi sang bayi.

Semua dilakukan secara alamiah tanpa ada rasa keberatan, tanpa terlalu difikirkan. Seakan bayi itu mengajari kita bahwa tanpa ada perjalanan yang sesungguhnya maka tak akan ada orang mampu meneruskan hidup di dunia. Bukankah orang frustrasi akibat dari ketidakseimbangan antara kecepatan berfikir dengan kecepatan bertindak... atau juga sebaliknya. Seperti sirkus, keseimbangan memang harus dilatih sedikit demi sedikit setiap detik.

Aha...tiba-tiba bayi itu telah mampu mengucapkan suara yang bermakna. Dia bisa ngomong ...! Orang tua merasa lega karena mereka beranggapan bahwa berbicara adalah pembeda antara manusia dengan mahluk yang lain...kata-kata adalah bekal untuk menundukkan orang tanpa menganiaya jasadnya ...kalimat-kalimat mantra dipercaya sebagai perwujudan ruh yang keluar menyapa seluruh umat manusia. Tulisan-tulisan telah mampu menggerakkan imajinasi manusia walau tanpa dibarengi realitas sesungguhnya...Maka terbentuklah jaringan komunikasi yang lebih mudah antara orang tua dan anak.

Sayangnya oh sayangnya, para orang tua lebih mendominasi pemaknaan kata berdasarkan pengalaman pribadi. Berbagai doktrin dijejalkan kepada anak hanya karena orang tua tak ingin kerepotan mendidik dan menjawab pertanyaan anak yang terkadang sangat liar. Ini lho yang paling benar...ini lho yang paling enak...jutaan kata yang tersembur dari mulut orang tua akan mengerucut pada kedua makna itu.

Naifnya orang tua belum tentu membuktikan sendiri dengan segala pencariannya karena ia sendiri juga hanya mendapat jejalan-jejalan kata dari generasi sebelumnya. Tapi the show must go on...ngapain repot..."Kenyataannya anakku berbakti ! “ ( mungkin dengan terpaksa )" begitu kata kebanyakan para orang tua. Akhirnya makna mendidik secara perlahan mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi makna memenjarakan. Sebuah lingkaran setan dari generasi ke genarasi yang tak pernah putus.

Oleh sebab itu orang tua jangan tergesa-gesa senang punya anak kecil berprestasi dan penurut. Karena prestasi dan kemenurutannya belum tentu berasal dari proses perjalanan yang alamiah sesuai bakat dan kemampuan anak tapi hanya akibat dari doktrin yang dipaksakan. Sebab kelak ketika waktunya tiba ia akan memuntahkan segala penolakannya dengan tenaga amarah yang lebih dahsyat namun halus dan sistematis.

Ia bisa mengatasnamakan peraturan, logika, agama, bangsa, hukum, rakyat, perusahaan, komunitas dan segala yang berbau umum untuk mendapatkan kompensasi kasih sayang dan kemerdekaan yang hilang di masa kecil.

Memang sungguh repot mempunyai bayi. Harus begadang, kerja lembur, rumah berantakan dan nggak bisa kemana-mana. Tapi inilah metode paksaan alamiah dari Tuhan agar orang mau memahami kembali asal muasal diri yang berlimpah kesucian dan ketenangan tanpa batas. Agar hidup di dunia yang lamban dan serba terbatas ini tak terlalu menjadi tujuan...